Sukses

Hormon Cinta Diduga Membantu Diet Kaum Pria

Temuan ini bisa menjadi cara baru yang berdaya untuk membantu orang-orang obesitas mengalahkan perilaku makan secara kompulsif.

Liputan6.com, Boston - Hormon cinta—oksitosin—kerap dikaitkan dengan kebahagiaan dalam pernikahan, umur panjang, dan aspek kesehatan lain. Ternyata, menurut suatu penelitian terkini, hormon tersebut juga dapat membantu pria yang sedang diet menurunkan berat badan

Dosis tunggal semprotan oksitosin ke dalam rongga hidung ditengarai dapat mengurangi perilaku impulsif pada kaum pria yang kelebihan berat maupun menderita obesitas.

Peneliti Franziska Plessow, Ph.D adalah seorang dosen kedokteran di Harvard Medical School dan peneliti neuroendokrin di Massachusetts General Hospital di kota Boston, negara bagian Massachussets.

Dikutip dari Health Day News pada Selasa (5/4/2016), menurut pimpinan penelitian tersebut, perilaku impulsif merupakan masalah dalam obesitas dan menyebabkan makan berlebih.

Katanya, “Temuan ini bisa menjadi cara baru yang berdaya untuk membantu orang-orang obesitas mengalahkan perilaku makan secara kompulsif.”

Masih banyak penelitian yang pertama-tama harus dilakukan. Plessow mengatakan timnya merencanakan meneliti apakah semprotan hormon cinta itu memiliki dampak yang sama pada kaum wanita.

Oksitosin secara alamiah ada di dalam tubuh manusia dan penting untuk mengendalikan pasokan makanan dan berat badan, menurut para peneliti.

Hormon ini terkait dengan ikatan keibuan dan perkencanan. Ketika seorang ibu baru menyusui anaknya, misalnya, otaknya mengeluarkan oksitosin untuk membantu merekatkan hubungan ibu dan anak.

Tahun lalu, kelompok Plessow mengungkapkan bahwa semprotan hidung oksitosin mengurangi jumlah kalori dari lemak yang dimakan seseorang tanpa mengganggu nafsu makannya, walaupun penelitian itu belum mengetahui mengapa bisa demikian.

Langkah berikutnya, menurut para peneliti, adalah untuk mengamati apakah semprotan ini benar-benar membantu orang mengendalikan jumlah yang mereka makan, karena kelebihan makan tidak selalu berkaitan dengan rendahnya kendali diri.

Penelitian ini dibiayai oleh lembaga kesehatan AS, National Institutes of Health (NIH), dan dijadwalkan untuk dipaparkan dalam pertemuan tahunan the Endocrine Society di Boston, Sabtu nanti.

Untuk keperluan penelitian, para peneliti menggunakan semprotan hidung zat oksitosin sintetik buatan Novartis untuk mengamati apakah zat itu bisa menekan perilaku impulsif pada 10 orang kelebihan berat dan kegemukan.

Para pria itu dilatih untuk menanggapi lambang persegi di layar komputer dengan cara menekan tombol kiri dan menanggapi lambang segitiga dengan menekan tombol kanan.

Setelah terbiasa dengan tugas ini, mereka diminta untuk tidak menekan sebuah tombol setelah melihat lambang yang muncul, tapi malah diminta mendengar suara setelah ada lambang yang terpampang.

Tugas baru itu mensyaratkan para pria untuk mengendalikan impuls dalam menanggapi gambar lambang yang muncul, kata Plessow.

Para pria itu mencoba ujiannya dua kali, menggunakan semprotan hidung zat oksitosin ataupun placebo, 15 menit sebelum setiap upaya.

Para pria yang menerima oksitosin lebih sedikit menekan tombol-tombol ketika memang tidak usah menekan tombol dibandingkan dengan para pria yang mendapatkan placebo.

Namun demikian, seorang pakar mengatakan bahwa temuan ini tidak banyak mengatasi epidemi obesitas.

Kata Dr. David Katz, direktur di Yale University Prevention Research Center sekaligus presiden American College of Lifestyle Medicine, demikian, “Mempelajari hal baru tentang keterlibatan hormon dalam pengaturan selera makan tentunya memang bernilai.”

“Harapan supaya ada obat tertentu pengendali selera, belum tentu begitu.”

Ia menambahkan sudah ada banyak obat seperti itu yang memberikan manfaat jangka pendek, tapi kemudian terbukti tidak mujarab, beracun, atau kedua-duanya.

Katz bertanya, “Apakah sebagai suatu masyarakat kita cenderung menawarkan makanan yang sengaja mengajak makan berlebih dan menawarkan obat melawan kecenderungan itu, tapi bukannya sejak awal menawarkan makanan sehat?”.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.