Sukses

Kenali 3 Faktor Penyebab Gangguan Bipolar

Mengenai penyebab seseorang terkena bipolar, dokter Yenny menjelaskan bahwa kemungkinannya ada tiga faktor.

Liputan6.com, Jakarta Mungkin Anda masih ingat saat bintang sinetron Marshanda (26) mengaku ke hadapan publik ia mengalami gangguan bipolar. Sontak saja hal tersebut membuat kaget banyak orang, namun di sisi lain masyarakat jadi lebih memahami salah satu gangguan kejiwaan ini.

Bipolar merupakan gangguan mood (suasana perasaan) yang kronis dan bersifat episodik (hilang timbul) ditandai dengan gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran seperti dijelaskan dokter spesialis kejiwaan dr RS Premier Bintaro, Yenny DP.

Pada saat manik, seseorang dengan bipolar akan merasa gembira luar biasa. Ia akan memiliki tenaga luar bisa, tidak mudah lelah, banyak berbicara, tidak bisa tidur karena memiliki banyak ide, dan percaya diri luar biasa.

Namun suatu saat ia akan merasakan depresi. Suasana hatinya sedih luar biasa berhari-hari. Menangis, inginnya tidur terus-menerus, tidak merasa berguna, bahkan ada yang sempat menghabisi nyawanya.

Sementara pada saat hipomanik ini derajatnya lebih ringan dari manik. Sulit didiagnosis sebab pasien justru memiliki tingkat kreativitas tinggi, konsentrasi terganggu, tidak bisa tenang, banyak bercakap, dan bergaul.

"Bipolar bisa terkena pada laki-laki dan perempuan," terang dokter Yenny saat menjadi narasumber dalam peringatan "World Bipolar Day" yang digelar Bipolar Care Indonesia di Kemdikbud Jakarta pada Sabtu (3/4/2016).

Mengenai penyebab seseorang terkena bipolar, dokter Yenny menjelaskan bahwa kemungkinannya ada tiga faktor.

Mengenai penyebab seseorang terkena bipolar, dokter Yenny menjelaskan bahwa kemungkinannya ada tiga faktor, yakni:

1. Faktor genetik
Sekitar 50 persen pasien gangguan perasaan memiliki sekurangnya satu orangtua dengan gangguan mood, paling sering depresi berat. Lalu jika kedua orangtua memiliki gangguan perasaan kemungkinan anak memiliki gangguan mood antara 50-75 persen.

2. Faktor biologis
"Saat dilakukan scan otak, ternyata ada perbedaan gambaran otak antara orang sehat dengan orang gangguan bipolar," tutur dokter kelahiran Magelang, 8 Maret 1951 ini.

3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting pada kehidupan psikososial salah satunya menyebabkan stres. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama.

Tentu saja orang yang mengalami gangguan bipolar harus mendapatkan perawatan yang tepat. Sehingga gangguan bipolar ini bisa dikendalikan dan ia bisa melakukan aktivitas sehari-hari lebih baik dan berprestasi seperti disarankan dokter Yenny. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini