Sukses

Menopause, Terapi Hormon Aman atau Tidak?

Hasil penelitian terbaru membuat kaum wanita yang memasuki masa menopause tidak khawatir mengenai risiko kanker akibat terapi pengganti hormon. Namun, tidak semua orang percaya dengan hasil penelitian ini.

Liputan6.com, Jakarta: Hasil penelitian terbaru membuat kaum wanita yang memasuki masa menopause tidak khawatir mengenai terapi pengganti hormon (Hormone Replacement Therapy-HRT). Para peneliti ini mengungkapkan di Global Menopause Summit di Madrid, Spanyol, belum lama ini, mengenai hasil penelitian yang dilakukan pada 2002 yang melibatkan wanita tua yang diberikan motivasi untuk melakukan terapi pengganti hormon. Amos Pines, ketua dari International Menopause Society, mengatakan bahwa tim mereka sudah menganalisa ribuan dari penelitian yang diterbitkan mengenai HRT dan tidak menemukan peningkatan risiko penyakit jantung pada wanita usia 50 hingga 59 tahun.

“Intinya adalah, setiap wanita sebaiknya mendiskusikan kesehatannya secara keseluruhan dan faktor risiko seperti riwayat keluarga kepada dokter mereka. Namun secara umum, wanita yang berada dalam kondisi sehat dan akan memasuki masa menopause seharusnya tidak perlu khawatir,” kata Pines.

HRT sempat populer hingga 2002 saat sebuah penelitian dari Perkumpulan Wanita Sehat menyebutkan bahwa HRT dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan indung telur, serta stroke dan kondisi serius lainnya. Publikasi tersebut mengakibatkan ribuan wanita meninggalkan HRT.  Namun kemudian, tim yang terdiri dari ahli menopause internasional mengatakan bahwa HRT tidak menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung pada wanita usia 50 hingga 59 tahun, dan estrogen dapat menurunkan risiko tersebut pada wanita.

Berbagai macam tipe HRT dapat meningkatkan sedikit risiko kanker payudara, namun risiko tersebut sangat minimal dibandingkan risiko lain seperti merokok atau memiliki anak pertama dengan usia di atas 30 tahun.  “Kami tidak menyarankan bahwa para wanita harus diterapi selamanya,” kata David Sturdee, peneliti di Rumah Sakit Solihull, Inggris.

Walaupun demikian, tidak semua orang dapat diyakinkan dengan penelitian ini. Valerie Beral, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Oxford menyebutkan bahwa Pines memimpin review analisa penelitian tersebut hanya berdasarkan pada fraksi dari penelitian. Valerie hanya menganjurkan penggunaan HRT dalam waktu singkat.

“Mereka mengambil jumlah kecil dari penelitian besar yang sudah dilakukan,” kata Beral. “Review tersebut tidak disetujui dengan Badan Pengatur di Inggris, Amerika Serikat, atau Eropa yang sudah menganalisa totalitas dari penelitian tersebut.”(LUC)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini