Sukses

Ciptono, Temukan Bakat Anak-anak Difabel

Anak-anak berkebutuhan khusus (difabel) kerap tidak mendapatkan hal yang sama lantaran dianggap berbeda.

Liputan6.com, Jakarta ‎Setiap anak manusia harusnya memiliki kesempatan yang sama, termasuk dalam hal pendidikan. Namun sayang, realitanya tak seperti itu. Anak-anak berkebutuhan khusus (difabel) kerap tidak mendapatkan hal yang sama lantaran dianggap berbeda.

Hal tersebut yang mengetuk hati Ciptono, untuk membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang. Ciptono mengatakan, sekolah tersebut dirintis sejak tahun 2002.

"SLB Semarang saya rintis 2002, dari balai RW pindah garasi. Tahun 2004 dibangun saya ketua komite pembangun, setelah jadi nggak ada muridnya. Murid saya serahkan negara, sehingga saya dapat penghargaan dari Amerika Ashoka Inovator for the Public di Washington DC," katanya di Magelang seperti ditulis, Jumat (4/3/2016).

Ciptono mengatakan, latar belakang merintis sekolah tersebut karena‎kecintaannya terhadap sesama manusia. Tak hanya itu, dengan adanya sekolah tersebutmenunjukan jika dia berguna bagi banyak orang. 

"Dulu inginnya jadi dokter, karena dokter tidak diterima karena IQ jongkok. Saya diterima di sekolah IKIP Yogyakarta jurusan pendidikan luar biasa. Tapi saya mencintai anak ini tulus. Saya guru SLB dapat istri cantik tapi keluaganya nggak setuju, mau dibawa kemana hidup kamu dipinang guru SLB, itu yang membuat saya semangat‎ bahwa menjadi guru SLB bukan akhir segalanya," jelasnya.

Benar saja, berkat jasanya dia menemukan salah satu murid bernama Kharisma ‎yang memiliki bakat luar biasa. Kharisma ialah salah seorang anak berkebutuhan khusus yang ditolak di sekolah-sekolah umum. Di SLB Negeri Semarang, Ciptono menemukan bakatnya sebagai penghapal ribuan lagu sampai nama-nama bandara di dunia.

"Kharisma itu ketahuan waktu di kelas ngetuk mej‎a tak dung tak dung ternyata apal lagu. Umur 8 tahun 250 lagu, saat ini 1.000 lebih. Kharisma itu yang nyanyi hapal bandara seluruh dunia, tanggal 5 Desember jatuh hari apa, dalam hitungan detik ketemu," tuturnya.

Dia mengatakan murid-murid didikannya terus berkreasi salah satunya menciptakan batik cipratan. Menurutnya, batik tersebut memiliki kualitas yang baik dan tidak luntur.

Murid didikan Ciptono terus bertambah, dari mulanya 30 orang di tahun 2002 menjadi 47 di tahun 2005. Tahun ini, murid Ciptono mencapai 600 siswa. Dia menuturkan, keinginannya saat ini ingin membangun kampung inspirasi dunia.

‎"Saya akan meresmikan pusat latihan keterampilan pascasekolah inspirasi Ciptono dan kampung itu saya buatkan kampung Semarang wisata inspirasi dunia," tandasnya. (Achmad Dwiafriyadi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini