Sukses

Satu Solusi Atasi Konflik di Kalangan Remaja dan Pelajar

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Konflik yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako Palu, Drs. Muhammad Marzuki, M.Si mengatakan salah satu solusi untuk mengantisipasi konflik di kalangan remaja dan pelajar adalah dengan membangun kebersamaan dalam anggota keluarga.

"Satu hal nyata yang perlu dilakukan adalah Konferensi Meja Makan (KMM) dengan melibatkan orang tua. Ini perlu dihidupkan kalau ingin memproteksi generasi muda dari konflik. Karena yang terjadi sekarang, anak makan dimana, orang tua makan dimana," katanya di Palu, Selasa.

Ia bercerita diwaktu kecil, saat orang tua akan makan, semua anak-anaknya dikumpulkan dan makan bersama setelah selesai Magrib.

"Orang tua tidak akan marah di meja makan, anak juga tidak akan meninggalkan meja makan dan itu waktu yang tepat untuk mendengarkan serta menasehati anak," ungkapnya.

Kata dia, berbicara lebih spesifik terkait struktur konflik di sekolah, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISIP Untad itu menambahkan konflik di sekolah dapat diartikan sebagai tantangan antarindividu dalam sekolah atau di luar sekolah.

Munculnya kelompok-kelompok geng di sekolah juga dinilai menjadi potensi besar munculnya kekerasan.

"Kenapa itu muncul? Dari hasil riset dilakukan, di Palu, Sigi, Tolitoli, ada beberapa factor pengawasan peserta didik, orang tua juga tidak care dengan anaknya," katanya.

Dia juga menyinggung pentingnya motivasi dari orang tua terhadap anaknya. Beberapa hal yang dinilainya menjadi potensi konflik adalah kurangnya kegiatan pembentukan karakter, tidak ada kegiatan ektraskurikuler di sekolah.

"Kalau pun ada, sekadar mengisi lembaran saja seperti OSIS, lebih focus pada intelektual, bukan karakter," tekannya.

Adalagi kata dia, yang namanya stress karena beban belajar sangat besar.

Di Finlandia, kata dia, sekolah tidak mewajibkan muridnya dengan pekerjan rumah, juga penilaian bukan dengan angka tapi dengan narasi.

"Ada juga kelemahan dalam pemahaman agama dan karakter. Pendidikan agama kalah dengan pendidikan bahasa inggris dan matematika di sekolah. Di sini diperlukan pelibatan orang tua secara aktif," kata Marzuki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.