Sukses

Kiat Melanjutkan Hidup Setelah Perceraian

Salah satu cara pandang yang paling salah tentang perceraian adalah bahwa itu merupakan hal yang kita bisa melanjut darinya.

Liputan6.com, New York - Sejumlah orang mendapati bahwa proses melanjutkan (move on) setelah perceraian ternyata tidak sulit. Biasanya hal ini dikatakan oleh mereka yang sudah move on dari pasangannya jauh sebelum pernikahan usai. Bagi orang-orang lain, melewatinya terasa jauh lebih sulit.

Untungnya, otak dirancang untuk membantu kita menyintas (survive). Menurut penelitian yang diterbitkan pada awal 2015 dalam jurnal Review of General Psychology, manusia dirancang untuk mengalami sakitnya berpisah dan move on menuju pasangan baru.

Walaupun begitu, melewati beberapa bulan permulaan dan bahkan tahun-tahun setelah perceraian tidaklah mudah. Dikutip dari Huffington Post pada Selasa (2/2/2016), berikut ini adalah sejumlah masukan dari pembaca dan para pakar hubungan tentang bagaimana melanjutkan hidup setelah perceraian:

1. Pahamilah bahwa tidak ada jangka waktu tertentu untuk pemulihan dari perceraian—dan itu tidak apa-apa

Ada hari-hari di mana kita merasa lega dan gembira telah terbebas dari mantan—dan hari-hari di mana bangun tidur terasa lebih berat. Seperti dialami secara langsung oleh pendamping perceraian Kira Gould, pemulihan perceraian bukanlah suatu proses yang linier.

“Ada masa-masa di awal perceraian saya di mana jiwa saya sadar bahwa saya sudah tuntas dan melewatinya—dan ada hari-hari sekarang ini, setelah 6 tahun berlalu, ketika saya terkejut karena memikirkan mantan dengan kangen,” katanya.

“Kalau kita memiliki masa lalu yang panjang dan sangat berhubungan satu sama lain, perasaan-perasaan itu tidak pergi hanya dalam semalam.”

2. Jika memiliki anak, camkanlah bahwa proses ini akan lebih berat

Walupun tampak hebat berperilaku seperti orang dewasa dan menjadi orangtua bersama demi sang anak, pertemuan sesekali dengan mantan membuatnya lebih susah untuk move on, demikan menurut pembaca Diane Caron.

Katanya, “Memiliki anak bersama memang membuat perbedaan. Hal itu adalah sesuatu yang harus kita jalani seumur hidup, bahkan ketika kita sudah move on.”

3. Ingatkan diri sendiri bahwa kita mampu move on setelah perceraian

Jangan terlalu berkutat pada teori yang menyatakan perlu setengah dari jangka waktu hubungan untuk memproses perpisahan. Kita akan lebih kuat ketika memahami bahwa kita bertanggungjawab untuk bisa move on, bukan karena ukuran kalender, demikian kata pendamping perceraian Emma Heptonstall.

“Pulih dari perceraian pastinya adalah tentang kemauan untuk berlapang dada. Berlapang dada membebaskan sejumlah ruang emosional dan ruang jasmani sehingga menciptakan jalan untuk kita bergerak maju. Terbuka kepada kemungkinan bahwa kita bisa move on adalah tanda pertama bahwa kita memang sudah move on.”

4. Pertegas untuk menentukan siapa diri kita di luar pernikahan

Daripada terpaku pada usaha untuk move on, cobalah fokus pada diri sendiri dan meraih lagi sasaran dan kegemaran yang pernah kita singkirkan selama pernikahan, kata pembaca Barry Fraser.

Katanya, “Saya rasa tidak ada jangka waktu yang pasti untuk move on tapi saya kira yang dapat sangat membantu adalah meraih lagi kepercayaan diri kita. Bisa jadi, hubungan itu telah mengubah diri kita dan kita kehilangan jati diri ataupun nilai diri.”

5. Terhiburlah karena mengetahui bahwa kita kemungkinan mengalami saat di mana kita akhirnya merasa terbebas dari masa lalu

Penulis Amy Koko menyebutkan bahwa saat dimana ia tahu bahwa ia sudah tuntas dengan mantannya (atau setuntas yang kita rasa kalau mempunyai anak) terjadi secara tidak diduga pada hari Thanksgiving, tepat 2 tahun setelah berpisah.

“Setahun sebelumnya saya melihat sekeliling dan merasakan kesedihan yang luar biasa tentang seseorang yang tidak akan pernah lagi duduk bersama di kepala meja,”katanya.

“Tahun ini, sambil tertawa di meja, saya merasakan percikan kehangatan mengingat bagaimana mantan saya selalu minum racikan telur dengan makan malam kalkunnya. Pada saat itu, saya berharap ia menikmati harinya sebagaimana saya menikmatinya…dan itulah waktunya saya tahu.”

6. Tapi jangan kaget kalau gelombang kesedihan baru datang menerpa setelah kita sangka kita sudah memproses rasa duka

Selama 6 bulan setelah perceraian penuh drama diselesaikan, seorang blogger Huffington Post bernama Lindsey Light merasa siap secara emosional untuk berpacaran lagi. Tapi kemudian, entah dari mana, ia lagi-lagi mengalami rasa sedih.

“Hari ini, saya merasakan masih menghadapi sejumlah penyesalan percerceraian dan pernikahan saya. Kami pernah bersama selama 7 tahun. Baguslah saya menyadari hal ini sambil bergerak maju dalam kehidupan dan hubungan. Walaupun begitu, saya dapat mengatakan dengan pasti bahwa saya tidak lagi pahit atau remuk hati—dan saya pastinya tidak lagi memiliki perasaan romantis apapun tersisa bagi mantan saya.”

7. Jangan terlalu memaksakan diri untuk melewatinya

Kita terlalu menekan diri sendiri untuk move on setelah perceraian—tapi mungkin sebaiknya tujuannya adalah cara menutup masa lalu, kata ahli psikologi Andra Brosh.

“Salah satu cara pandang yang paling salah tentang perceraian adalah bahwa itu merupakan hal yang kita bisa lupakan. Akhir suatu pernikahan dapat mendukakan dan diterima sebagai pengalaman hidup, tapi bekas yang ditinggalkannya tidak akan pernah bisa dihapus,” katanya.

8. Sambil berjalan maju, coba kenanglah kembali waktu-waktu indah bersama dengan mantan (pastilah ada waktu-waktu yang indah)

Hal demikianmerupakan pemulihan dengan melihat kembali pada tahun-tahun yang diluangkan bersama mantan dengan rasa menghargai, kara Gould.

“Saya pikir mantan saya masih memiliki ruang kecil di hati saya secara khusus. Saya menghargai waktu yang kami jalani bersama, tapi terbatas secara sehat.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.