Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

3 Mitos Penjebak Seksualitas Pria

Ukuran alat vital menjadi tanda keperkasaan, mitos atau fakta?

Liputan6.com, Jakarta Ukuran alat vital menjadi tanda keperkasaan, mitos atau fakta? Selama ini banyak pria meyakini jika penis yang besar akan membuat wanita mudah mencapai orgasme. Nyatanya hingga kini belum ada penelitian yang membenarkan pemikiran tersebut.

Teralu tabunya bahasan seksual membuat mitos semakin berkembang di tengah masyarakat. Pria yang konon makhluk paling andal dalam pengetahuan seks di dunia pun seringkali terjebak di dalamnya.

Berikut ini adalah tiga mitos seputar dunia seksualitas kaum pria yang patut Anda ketahui, seperti yang dilansir Men's Health, Senin, 11/01/2016:

1. Kualitas sperma ditentukan oleh ejakulasi

Berdasarkan sebuah studi yang telah di-review jurnal Fertility and Sterility, ejakulasi harian dapat merusak susunan DNA sperma.
"Tapi meski masturbasi setiap hari akan menurunkan jumlah sperma Anda saat ejakulasi, hal ini tak perlu terlalu dikhawatirkan jika Anda tidak sedang berupaya membuat istri Anda hamil," papar pakar urologi Larry Lipshultz, M.D.

2. Ukuran alat vital saat ereksi menjadi 8 inci

Ukuran tersebut melebihi batas normal, jadi ini sama sekali tidak benar. Yang benar adalah menurut sebuah review pada tahun 2007 yang dipublikasikan dalam British Journal of Urology International, panjang rata-rata sebuah penis ketika ereksi berkisar antara 5,5 hingga 6,2 inci.

Faktanya, hanya 9 persen wanita yang membicarakan ukuran sangat penting untuk seks yang hebat. 67 Persen wanita mengatakan teknik dan sentuhan yang lambat yang paling penting dalam kepuasan seksual. Jadi, mengapa banyak pria yang menginginkan ukuran lebih besar?

3. Air mani rendah karbohidrat

Banyak penelitian yang mengupas tentang manfaat air mani. Jika ada yang mengatakan air mani rendah karbohidrat, ini sangatlah tidak tepat. "Air mani sebagian besar mengandung gula dan enzim yang bukan rendah karbohidrat," kata Marc Goldstein, dari Weill Cornell Medical College, Cornell University, New York.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini