Sukses

Sembuh dari Leukemia, Pria Ini Putuskan Jadi Dokter

Pernah didiagnosis leukemia akut, Jason Schwartz memutuskan kembali dan mengabdikan diri di rumah sakit tempatnya dirawat 20 tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta Tidak semua dokter bisa benar-benar merasakan apa yang dialami pasiennya. Tapi seorang dokter muda di St. Jude Children's Research Hospital memiliki kepekaan itu. Kenapa? Karena 20 tahun lalu dia pernah mengalami apa yang dialami pasiennya.

Jason Schwartz adalah bintang tim football di sekolah ketika berusia 13 tahun. Tak ada yang diinginkkan selain menjadi atlet football profesional suatu hari kelak. Namun dia harus merelakan impiannya itu pupus ketika ibunya mendapati ada benjolan aneh di lehernya.

Hasil diagnosis dokter menunjukkan Jason remaja terkena lymphoblastic leukemia, sejenis kanker darah akut. Secepatnya dia diterbangkan ke St. Jude Children's Research Hospital untuk mendapatkan perawatan. 

Jason pernah didiagnosis leukemia saat usia 13 tahun. (Foto: Today.com)

"Semuanya terjadi begitu cepat dan perubahannya begitu mengejutkan," cerita Jason pada Today, Senin (21/12/2015). "Suatu hari, orangtuaku menjemputku di sekolah dan malamnya aku terbang untuk pertama kalinya ke Memphis. Di sana ada banyak orang yang menungguku di pintu masuk. Sekitar 9 atau 10 orang menyambut kedatanganku di St. Jude," lanjutnya.

Kejadian itu berlangsung di 1995, dimana leukemia masih menjadi misteri. Jason menghabiskan sekitar 2,5 tahun keluar-masuk St. Jude, menjalani perawatan sambil bertanya-tanya kenapa dia bisa mengalami hal itu.

Semakin sering menghabiskan waktu di St. Jude, Jason semakin tertarik terhadap bidang kedokteran. Setiap perawatan yang dijalaninya memicu rasa ingin tahunya dan ketertarikannya di bidang fisiologi pun semakin tinggi. Setelah menjalani perawatan selama 2,5 tahun, kondisi Jason mulai berubah, dari pasien kanker menjadi surviror kanker.

"Pengalaman itu membuatku tersadar bahwa aku ingin menjadi dokter dan menolong anak-anak yang mengidap kanker. Aku pernah mengalaminya sendiri dan menurutku hal itu sangat mendukungku untuk menjadi dokter yang baik dan berempati," cetusnya di Huffingtonpost.

Jason benar-benar membuktikan hal itu. Kini 20 tahun setelah kejadian itu, Jason kembali ke St. Jude sebagai dokter hematologi-onkologi klinis. Dia bekerja sama dengan para dokter dan suster yang dulu pernah ikut merawatnya.

"Sejujurnya aku percaya bahwa pengalamanku merupakan 100 persen alasan yang membuatku tertarik akan bidang medis," ujarnya.

Sebagai survivor kanker dan juga dokter, Jason juga terlibat dalam penelitian kanker di St. Jude, tujuannya agar para dokter bisa lebih memahami konsekuensi pengobatan jangka panjang. Namun Jason paling menikmati berada di antara para pasiennya.

Jason seperti melihat dirinya 20 tahun silam pada seorang pasiennya, Andrew Woodruff. Bocah 13 tahun itu juga bercita-cita menjadi pemain football profesional namun didiagnosis osteoarcoma dan dokter harus mengamputasi kakinya.

Andrew merasa lebih bisa menjalani hari-harinya dengan bantuan Jason. Bagi Andrew, Jason seperti tangan kanan baginya.

"Dr Schwartz sepertinya selalu ada ketika aku mengalami hal terbesar dalam hidupku," ungkap Andrew. "Dia begitu berarti bagiku. Dia adalah bagian dari perjuanganku dan aku ingin dia mengetahuinya," tandasnya.

Kembali ke St. Jude

Setelah lulus sekolah, Jason Schwartz melanjutkan pendidikan sekolah kedokteran dan meraih gelar MD dan PhD pada saat yang bersamaan. Dia lantas kembali ke St. Jude sebagai dokter Hematology/Oncology.

Meski sudah berstatus dokter, di satu sisi Jason tetaplah pasien St. Jude. Dia bergabung dengan program penelitian St. Jude LIFE. Penelitian ini membawa para survivor kanker kembali ke St. Jude untuk menjalani skrining kesehatan rutin.

Sampai saat ini tercatat 3000 survivor yang telah menjalani evaluasi kesehatan secara menyeluruh di St. Jude LIFE. Tujuannya untuk melacak masalah kesehatan yang lebih luas dengan mengukur kesehatan jantung, reproduksi, neuromuscular, neurocognitive, dan fungsi psikososial di antara satu survivor dan survivor lainnya.

Hasil penelitian di St. Jude itu membantu para survivor seperti Jason untuk lebih memahami kesehatan mereka sendiri. Studi itu juga memberi para dokter dan peneliti untuk melihat efek lanjutan dari terapi kanker. 

Jason merasa melihat dirinya dua puluh tahun lalu dalam diri pasiennya, Andrew Woodruff. (Foto: Today.com)

"Harapannya adalah untuk memperbaiki kualitas hidup para survivor kanker saat ini dan menciptakan pengobatan yang lebih baik bagi pasien kanker di masa depan," jelas Jason.

Hingga saat ini Jason belum menemukan jawaban kenapa dia pernah terkena kanker. Tapi Jason yakin ingin mengabdikan dirinya pada St. Jude.

"Aku masih belum tahu jawaban dari pertanyaanku dua puluh tahun lalu, `Kenapa aku?`. Tapi sekarang aku tahu jawaban dari `Mengapa St. Jude?` Itu karena rumah sakit ini sangat berkomitmen pada setiap anak yang menderita kanker di seluruh dunia," tuturnya.

Jason percaya, setiap anak berhak mendapatkan kualitas hidup yang sangat baik dan bisa menjalani kehidupan yang sehat dan panjang.

"Jika ada di antara anak-anak itu yang ingin menjadi dokter sepertiku, itu adalah bonus!" tandas Jason. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.