Sukses

Sperma Rendah? Atur Ulang Gaya Konsumsi Buah dan Sayuran Anda

Makan banyak buah dan sayuran telah diteliti Sekolah Kesehatan Publik Harvard, sebagai penyebab menurunnya jumlah sperma.

Liputan6.com, Jakarta - Makan banyak buah dan sayuran telah diteliti Sekolah Kesehatan Publik Harvard, sebagai penyebab menurunnya jumlah sperma. Pasalnya, zat pestisida atau pengusir hama itu yang lebih tinggi ada pada mereka yang vegetarian.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction, menemukan bahwa mereka yang makan diet tinggi pestisida (suka buah dan sayuran) memiliki jumlah sperma 49 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang mengkonsumsi kelompok makanan yang kurang beragam. Mereka juga punya 32 persen lebih sedikit sperma utuh yang terbentuk dibandingkan rata-rata pria normal.

Menurut Departemen Pertanian Program data Pestisida Amerika Serikat, beberapa buah-buahan dan sayuran secara signifikan punya pestisida yang lebih tinggi. Bila paprika, stroberi, bayam, pir dan apel menyerap pestisida lebih mudah, biji-bijian, kacang-kacangan, dan bawang kurang memiliki pori untuk menyerapnya.

Tapi Jorge Chavarro, asisten profesor nutrisi dan epidemiologi, tertarik untuk memastikan bahwa temuan mereka dari Harvard tidak membuat Anda cemas soal asupan empat sehat lima sempurna yang biasa kita konsumsi setiap hari.

"Temuan ini seharusnya tidak mencegah konsumsi buah dan sayuran pada umumnya. Bahkan, kami menemukan bahwa mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran dengan residu pestisida yang rendah adalah menguntungkan," tutur Chavarro dikutip dari Daily Star, pada Selasa (1/12/2015) sore.

"Ini menunjukkan bahwa menerapkan strategi khusus ditujukan untuk menghindari residu pestisida, seperti mengkonsumsi produk organik atau menghindari produk yang diketahui memiliki sejumlah besar residu, mungkin itu caranya," tuturnya lagi.

Chavarro juga menekankan bahwa hasil studinya itu adalah yang pertama untuk menemukan hubungan antara asupan buah dan sayuran serta jumlah sperma yang rendah. "Sejauh yang kami ketahui, ini jadi yang pertama kalinya bahwa sesuatu seperti ini telah dilaporkan. Ini akan sangat penting untuk mereplikasi hasil ini dalam penelitian lain," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini