Sukses

Saat Anak Bertanya tentang Teror Paris, Orangtua Mesti Jawab Apa?

Menurut para pakar ketika si Kecil bertanya tentang teror Paris ini tak perlu menutupi namun dengan beberapa catatan.

Liputan6.com, New York- Sebagian besar insting orangtua ingin melindungi anak mendengar pemberitaan aksi brutal penembakan dan bom bunuh diri yang terjadi di Paris pada Jumat (13/11/2015) waktu setempat ini. Menurut pakar psikologi ketika si Kecil bertanya tentang teror Paris ini tak perlu menutupi, tapi dengan beberapa catatan.

"Jangan menunda memberitahu anak Anda jika ia bertanya. Lebih baik ia mendengar langsung jawaban akan keheranan atau aneka perasaan berkecamuk di hatinya terkait hal ini dari orangtua. Sehingga orangtua bisa menyampaikan fakta dengan pengaturan nada emosi," terang presiden lembaga yang memberikan perhatian pada kesehatan mental anak asal New York, Child Mind Institute, Harold Koplewicz.

Dengan tidak menghindari pertanyaan anak namun mendiskusikannya, orangtua bisa menangkap apa yang anak ketahui akan hal tersebut.

"Dengan mendiskusikan hal ini, memungkinkan anak mengungkapkan apa yang ia rasakan. Orangtua dapat membantu mereka dalam membangun coping skills (keterampilan mengatasi masalah) sehat. Ini akan penting bagi masa depan mereka," lanjut Koplewicz seperti dikutip Time, Minggu (15/11/2015).

Ia pun menambahkan agar orangtua mencoba tetap tenang dalam memberitahu peristiwa ini. Jika orangtua menceritakan aksi teror Paris ini diiringi kecemasan, sang anak jadi ikut cemas bahkan ketakutan.

Berikut panduan menjaga diskusi tentang teror Paris sesuai tahap perkembangannya:

- Anak pra-sekolah:
Anak-anak usia dini masih belum tahu mana fakta dan mana takut. Agar tak membuatnya bingung lebih baik batasi akses menonton berita. Jika mereka bertanya tentang hal ini, berikan jawaban sesuai fakta namun tak perlu detil jika mereka tak bertanya lebih lanjut.

- Anak SD
Jika anak usia sekolah dasar mengalami rasa takut akan pemberitaan ini, diskusikan dengannya sesuai fakta namun fokuslah bahwa kejadian ini jarang terjadi. Ingatkan pula bahwa sebagai orangtuanya akan melindunginya seperti diungkapkan psikolog Paul Coleman.
Tapi ingat, jangan hindari atau abaikan pertanyaan mereka. Anak usia 6-11 tahun ini merasa lebih nyaman alias tak cemas jika mendengar banyak fakta akan kejadian itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.