Sukses

Begini Cara RS Pelni Cegah Antrean Mengular Pasien BPJS

Direktur Utama RS Pelni mengatakan, pada saat mulai menerima pasien BPJS Kesehatan, RS Pelni sempat kewalahan menerima pasien yang membluda

Liputan6.com, Jakarta Lahirnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak sekedar memberikan jaminan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat, tetapi juga membuat rumah sakit yang menjadi provider BPJS Kesehatan semakin bertumbuh.

Direktur Utama RS Pelni, Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K) tidak menampik, pada saat mulai menerima pasien BPJS Kesehatan, RS Pelni sempat kewalahan menerima pasien yang membludak. Bahkan ketika itu, proses administrasi untuk satu pasien saja bisa memakan waktu hingga satu jam.

"Untuk mempercepat proses registrasi, kemampuan SDM-nya kita tingkatkan. Kita juga memakai sistem antrean dan tentunya didukung oleh IT atau e-Medical Record. Para manajer rumah sakit pun harus turun langsung ke lapangan untuk memastikan proses antrean berjalan lancar. Dengan begitu, layanan registrasi untuk satu pasien saat ini bisa ditangani dalam waktu 3-5 menit saja," katanya, melalui keterangan pers, Sabtu (26/9/2015).

RS Pelni saat ini menyediakan 21 titik khusus bagi pasien BPJS Kesehatan untuk melakukan proses registrasi, sehingga layanan tersebut bisa diberikan secepat mungkin. "Kita juga meminta kepada para dokter untuk memulai pelayanan di Poliklinik dari jam 7 pagi. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan banyak efisiensi. Kalau proses ini berjalan dengan lancar, maka jumlah pasien yang banyak tersebut bisa terlayani dengan baik," ujarnya.

Untuk pasien rawat jalan, kata Fathema, 60 persennya merupakan pasien BPJS Kesehatan. Sedangkan untuk pasien rawat inap, 80 persennya adalah pasien BPJS Kesehatan. Di Poliklinik RS Pelni, sedikitnya ada 1.500 kegiatan yang dilakukan per harinya.

"Konsep prospective payment system (sekarang) kalau dibandingkan dengan Fee-for-service (sebelum JKN berlaku) memang sangat berbeda. Dalam sistem ini, kita tidak bisa melihat pasien dari kasus per kasus, dan tidak boleh menolak pasien. Jadi tidak perlu melihat coding lagi, yang dilihat adalah total cost dari rumah sakit. Layanan kepada pasien juga harus diberikan secara penuh, sehingga pasien tidak perlu lagi membayar biaya tambahan ke rumah sakit," katanya.

Untuk melayani peserta BPJS Kesehatan, RS Pelni telah menambah jumlah tempat tidur dari 312 menjadi 373 tempat tidur. Pada bulan Oktober 2015, jumlah tersebut juga kembali ditingkatkan menjadi 489 tempat tidur.

Selain itu, ruang operasi melayani sampai 40 pasien per hari. Untuk menanganinya, rumah sakit juga telah menambah tenaga dokter anastesi dan perawat sehingga pasien tidak mengalami keterlambatan operasi, dan persiapannya juga berjalan dengan lebih baik.

Selain itu, RS Pelni kini juga memiliki teknologi mutakhir untuk perujuk diagnostik dan terapi, di antaranya adalah ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotripsy) untuk terapi batu ginjal tanpa operasi, MSCT (Multislice CT Scan), MRI (Magnetic Resonance Imaging), hingga Endoscopy untuk terapi minimal invasive.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.