Sukses

Pinang, Obati Cacingan Sampai Tingkatkan Gairah Seks

masyarakat Indonesia memanfaatkan pinang sebagai obat alami untuk menguatkan gusi, gigi, dan mengobati cacingan.

Liputan6.com, Jakarta Pinang atau jambe adalah salah satu kelengkapan dalam menyirih di kalangan orang-orang tua. Selain itu, masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman ini sebagai obat alami untuk menguatkan gusi, gigi, dan mengobati cacingan.

Belakangan pinang diketahui berkhasiat meningkatkan gairah. Kini Jepang membudidayakan tanaman ini untuk dijadikan bahan baku industri obat.

Perayaan tujuhbelasan di kampung-kampung di seluruh Indonesia akan terasa kurang afdol tanpa acara panjat pinang. Seperti halnya orang-orang tua yang punya kebiasaan menyirih, kurang seru tanpa pinang. Biji buah tanaman bernama latin Areca catechu ini digunakan sebagai campuran kapur sirih yang membuat mulut dan gigi berwarna kemerahan. Pinang juga penting peranannya dalam upacara adat perkawinan Sunda.

"Untuk acara ngeuyeuk seureuh sebelum acara perkawinan. Ini harus selalu ada karena merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perkawinan,"kata Prof. H. Unus Suriawiria, seorang pakar Bioteknologi dan Agroindustri dari Institut Teknologi Bandung yang juga asli Sunda.

Dalam kehidupan sehari-hari, selain buat menyirih, pinang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal untuk menguatkan gigi dan gusi. Caranya dengan mengunyah irisan biji buah pinang. Menurut Prof. Unus, kebiasaan ini juga diterapkan masyarakat pedalaman di India, Pakistan, Nepal, Hong Kong, dan Taiwan.

Khasiat buah pinang tidak hanya berguna untuk gigi dan gusi, Dalam biji buah pinang terkandung zat yang bermanfaat sebagai obat peningkat gairah. Penelitian di Jepang dan Taiwan menyebutkan, sebuah biji pinang memiliki khasiat setara dengan lima bungkus obat peningkat gairah yang terbuat dari senyawa sintetik.

Khasiat penambah gairah ini karena kandungan zat aktif bernama arekolin dalam pinang. Senyawa arekolin ini bersifat kholinergik, yang berguna mengatasi senyawa asetil kholin yang banyak beredar di dalam tubuh. Asetil kholin ini bila terlalu banyak dapat menyebabkan seseorang cepat merasa lelah dan kurang sehat. Sebaliknya, sifat kholinergik pinang bermanfaat menjadikan tubuh sehat, bugar, dan penuh semangat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Komoditas Ekspor

Komoditas Ekspor

Di India, Sri Lanka, dan Pakistan, buah pinang adalah suguhan makanan kecil yang cukup diminati. Buah pinang di negara-negara itu diiris kecil-kecil dan disangrai. Setelah itu dikemas dalam kantong plastik atau kaleng seperti halnya kacang yang dikemas dalam plastik di Indonesia.

Industri makanan dan tekstil juga mulai melirik pinang. Sebab, sari biji pinang yang berwarna merah anggur berpotensi sebagai pewarna kain dan makanan. Penggunaan warna merah yang berasal dari biji ini sekarang sangat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan kesehatan lainnya. Sebab, warna merah buatan bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.

Potensi pinang sudah dimanfaatkan Jepang. Bahkan sudah ada pengusaha asal Jepang yang mulai membuat kebun pinang seluas beberapa ribu hektar untuk dibudidayakan dan buahnya dijadikan bahan baku industri. Di Indonesia, ada pengusaha yang sudah menjadikan pinang sebagai komoditas ekspor. Negara tujuan ekspor terbanyak adalah Pakistan, sisanya dibawa ke India, Nepal, Eropa, Hong Kong, Taiwan.

Pinang adalah pohon yang dapat tumbuh di mana saja, bisa di daerah pesisir, bisa juga di daerah pegunungan. Tak heran pohon ini bisa dijumpai di kebun, pinggir jalan di mana saja di Indonesia. Pembiakan tanaman ini dilakukan dengan menggunakan kecambah buah yang sudah tua, yang kulitnya sudah berwarna kemerahan.

Bibit yang akan dikembangbiakkan, harus berasal dari pohon yang sehat atau tidak kena serangan penyakit dan berumur 10-15 tahun. Kendala yang dihadapi pengekspor dalam memenuhi permintaan dari luar negeri adalah ketersediaan tanaman ini.

Maklum, pohon ini membutuhkan buah yang cukup tua yang layak untuk diekspor. Apalagi jumlah pohon pinang makin berkurang karena digunakan untuk acara panjat pinang setiap peringatan hari kemerdekaan. Memang, acara tujuhbelasan maupun ekspor pinang membutuhkan pohon yang tua.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.