Sukses

Robot Seks dan Bahaya yang Mengintainya

Sejumlah perusahaan berlomba-lomba mengembangkan robot seks yang bisa digunakan sebagai pengganti pasangan

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah perusahaan berlomba-lomba mengembangkan robot seks yang bisa digunakan sebagai pengganti pasangan seksual manusia. Namun, perlawanan dengan robot seks mulai dikampanyekan dengan melihat bahaya yang bisa saja terjadi.

Sejumlah pihak melihat bahaya robot seks dengan perdagangan seks atau kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, ada kekhawatiran efek robot seks dalam hubungan manusia yang belum diketahui.

Kathleen Richardson, seorang antropolog robot dan pakar etika di De Montfort University di Leicester, Inggris, yang memimpin kampanye mengingatkan. Katanya, robot seks mungkin bisa berbentuk anak-anak, serta wanita dewasa.

"Ketika saya pertama kali mulai melihat ke subjek saya pikir, 'oh robot seks', itu tidak berbahaya dan mungkin robot ini akan mengurangi permintaan perempuan dan anak-anak yang sebenarnya,'" katanya kepada CNBC.

Richardson kemudian lebih meneliti ke subjek dan menemukan sebaliknya. Robot bukannya mengurangi objektifikasi perempuan, anak-anak, laki-laki dan orang-orang transgender, tapi robot ini akan memberikan kontribusi dan memperkuat posisi mereka di masyarakat (sebagai objek).

"Kita memanfaatkan perempuan dan anak-anak sebagai objek seks di dunia nyata dan hal ini (robot seks) memperkuat pesan itu."

Boneka seks bukanlah hal yang baru, tapi minat itu meningkat menjadi robot yang dapat digunakan untuk keperluan seksual. Inilah yang membuat perusahaan robot bergegas mencoba menghadirkan di pasaran.

Perusahaan California RealDoll berencana menjual boneka seks aartifisial yang cerdas" dari karet yang mampu berbicara pada 2017.

Lalu ada True Companion yang merancang yang diklaim sebagai robot seks pertama Roxxxy. Robot seks pria juga dalam pengembangan. Harganya dimulai $ 6,995.00 tetapi mencapai $ 75.000,00 untuk desain khusus.

Roxxxy nantinya bisa tahu apa yang Anda sukai dan tidak suka, mengajaknya diskusi dan mengekspresikan cintanya kepada Anda dan (bisa) menjadi kekasih Anda. Dia bisa berbicara dengan Anda, mendengarkan Anda dan merasakan sentuhan Anda. Dia bahkan bisa mengalami orgasme.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Merugikan Manusia?

Merugikan Manusia?

Pendiri True Companion dan penemu atau Roxxxy, Douglas Hine, juga ditanyakan apakah robot seks bisa merugikan masyarakat. Ia tentu membela dengan mengatakan robot seks juga berguna dalam masyarakat.

"Roxxxy memberikan kenikmatan fisik dan seksual, tetapi juga menyediakan interaksi sosial dan keterkaitan," katanya.

Menurut Hine, robot seks ini menggunakan teknologi yang disesuaikan agar menjadi pasangan yang sempurna, bukan dimaksudkan untuk menggantikan pasangan nyata tetapi dimaksudkan sebagai suplemen.

Hine mengatakan, robot seks bisa memiliki kegunaan terapi, seperti terapi seks. Keyakinannya bertentangan dengan Dr Richardaon. Menurutnya, robot seperti Roxxxy membantu mengurangi perdagangan seks, seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga.

"Selama kita tidak menyakiti siapa pun, tidak ada masalah dengannya," katanya.

Erik Billing, seorang dosen senior associate di Sekolah Informatika di Swedia, juga bergabung dengan "Kampanye melawan robot seks." Dia mengatakan kepada CNBC kekhawatiran efek robot seks yang belum diketahui terhadap hubungan manusia.

"Hingga hari ini kita memiliki berbagai jenis mainan seks dan aplikasi untuk robot itu hebat tapi kita juga mulai mengenal robot seks. Ada banyak kekhawatiran kita memperkenalkan teknologi ini dalam skala besar tanpa melihat konsekuensi yang ada pada hubungan manusia ke manusia, "kata Billing kepada CNBC. (Melly F)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.