Sukses

5 Penyakit yang Rentan Dialami Mahasiswa Baru dan Merantau

Anda mahasiswa baru? Hidup merantau juga? Hati-hati, ada 5 penyakit yang rentan dialami mahasiswa baru yang harus diwaspadai

Liputan6.com, Jakarta Begitu seorang anak yang baru saja tamat dari bangku SMA dan masuk ke perguruan tinggi menjadi mahasiswa baru, beragam masalah kesehatan pun mengintai mereka. Terlebih jika mereka adalah mahasiswa rantau yang harus hidup sendiri dan mandiri di rumah kos.

"Mahasiswa baru rentan mengalami penyakit yang berbeda karena perubahan pola perilaku, dan mengalami kontak yang sangat dekat dengan mahasiswa baru lainnya," kata dokter anak konsultan penyakit menular dan penasehat dari Public Health England Dr Shamez Ladhani.

Berikut penyakit yang rentan dialami mahasiswa baru seperti dikutip dari situs Daily Mail, Selasa (15/9/2015)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Flu

 

"Ini disebabkan kontak langsung dengan banyak orang yang berasal dari tempat yang berbeda dan membawa virus yang berbeda pula," kata dokter anak konsultan di Rumah Sakit Spire Hartswood di Brentwood, Essex, Dr Debi Ray.

Selain itu, sistem kekebalan tubuh yang tidak bekerja dengan baik karena pola makan a la anak rantau yang buruk, ditambah stres karena hidup menjauh dari orangtua membuat tubuh mereka rentan mengembangkan sejumlah penyakit.

Belum lagi mahasiswa baru itu menggunakan sendok, garpu, gelas milik orang lain yang belum tentu kondisi tubuh mereka dalam keadaan baik.

Mahasiswa baru ini dianjurkan selalu membawa gel pencuci tangan ke mana pun mereka pergi.

3 dari 6 halaman

2. Insomnia

 

Seorang mahasiswa cenderung menggunakan komputer dan ponsel hingga larut malam. Paparan cahaya apa pun di malam hari dapat mengganggu pola tidur mereka dengan menekan produksi melatonin, hormon yang diproduksi kelenjar pineal di otak dan yang membantu menginduksi tidur.

Tak hanya itu, selama mengerjakan tugas kampus hingga larut malam, mereka pun ditemani secangkir kafein yang semakin memperparah kondisi insomnia tersebut.

Peneliti dari University of Surrey menemukan, tidur kurang dari enam jam sehari selama dua minggu dapat memengaruhi perilaku 600 lebih gen yang ada di tubuh mereka. Jika kondisi ini terus terjadi selama masa kuliah mereka, empat hingga lima tahun, tentu memiliki efek jangka panjang yang cukup berbahaya.

Pakar tidur Independen Dr Neil Stanley menyarankan para mahasiswa mematikan layar ponsel dan komputer satu jam atau tiga puluh menit sebelum tidur, mengurangi konsumsi kavein, gunakan penutup mata, dan gunakan tirai gelap di dalam kamar kosan.

4 dari 6 halaman

3. Masalah Gigi

 

"Pengalaman saya selama menjadi dokter gigi, kebanyakan mahasiswa baru membutuhkan tambalan gigi untuk pertama kalinya. Ini terjadi karena pergaulan dari mahasiswa baru ini di mana gemar nongkrong di kafe, mengonsumsi wine, atau meminum minuman soda tiap kali ngumpul," kata dokter gigi dan direktur klinis dari Elleven Dental di London.

5 dari 6 halaman

4. Gondokan

 

Kurang tidur di hari biasa, dimanfaatkan mahasiswa baru dengan tidur yang cukup panjang di hari libur. Perilaku ini memicu demam kelenjar atau disebut kissing disease yang disebabkan virus Epstein Barr. Gejala umum seperti suhu tinggi lebih dari 38,5 derajat celcius, tenggorokan sakit yang membuat mereka sulit menelan, rasa lelah yang cukup ekstrem.

Menurut Dr Debi Ray, kondisi ini pun bisa terjadi karena mereka kekurangan vitamin C dan zat besi. Dampak ke depan, mereka sulit menelan, kehilangan nafsu makan, hanya mau tidur seharian, sehingga sistem kerja tubuh mereka rusak.

"Mereka harus mengonsumsi suplemen atau jalani pola diet yang sehat, seperti mengonsumsi daging merah dengan sayuran hijau seperti brokoli, dan ditutup dengan menyantap satu buah yang mengandung vitamin C," kata Ray.

6 dari 6 halaman

5. Depresi

 

Meninggalkan rumah dan memilih hidup jauh dari orangtua tentu jadi tantangan cukup besar bagi mahasiswa baru. Apalagi di sepanjang hidup mereka tinggal bersama kedua orangtua, meminta sesuatu yang mereka inginkan dapat terwujud begitu saja.

"Kami melihat cukup banyak mahasiswa baru yang mencari bantuan akibat depresi, rasa cemas berlebihan," kata Psikiater dari Hayes Grove Priory di London Selatan, Paul McLaren.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini