Sukses

Peran Penting Psikolog Atasi Masalah Sosial

Penanganan terhadap masalah-masalah sosial memerlukan peran dari para psikolog.

Liputan6.com, Jakarta Penanganan terhadap masalah-masalah sosial memerlukan peran dari para psikolog. Sebab, begitu kompleks dan dinamisnya sehingga tidak mungkin dikerjakan hanya Kementerian Sosial (Kemensos) saja.

“Para psikolog bisa berperan mengatasi permasalahan sosial mengingat permasalahan yang kompleks dan dinamis, ” ujar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat menjadi pembicara dalam Studium General Peran psikologi dalam Mengatasi Masalah-Masalah Sosial di Fakultas Psikologi Univerisatas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Jumat (11/9/2015).

Misalnya, kata Mensos, ilmu psikologi bisa diterapkan untuk penanganan terhadap korban Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) dengan melakukan pendekatan kejiwaan terhadap para korban.

“Psikolog bisa memberikan penguatan ke panti psikotik agar korban penyalahgunaan bisa dideteksi atau didiagnosis dengan tepat dan benar. Sebab, kalau salah bisa salah juga terapi dan penanganannya, ”tandasnya.

Gangguan psikotik bisa terjadi, selain karena napza juga dampak dari guncangan ekonomi, sehingga membutuhkan diagnosis yang benar. Salah satu, penanganannya bisa dilakukan dengan pendekatan relijius atau agama.

“Pendekatan dengan relijius Islam, bisa membaca zikir, “Allah...Allah, yang diharapkan memberikan ketenangan jiwa selama masa terapi atau rehabilitasi medik maupun sosial, ” katanya.

Juga, termasuk dengan agama lainnya, misalnya di panti psikotik diminta ada tempat untuk kebaktian dan dikasih air untuk diminumkan dengan tujuan yang sama memberikan ketenangan jiwanya.

Penanganan rehabilitasi medik bisa diukur berapa lama. Namun, untuk rehabilitasi sosial membutuhkan waktu alam dan bisa jadi seumur hidup. Artinya, sangat memerlukan peran dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

“Begitu kompleksnya, rehabilitasi sosial butuh waktu lama dan bisa jadi semur hidup. Untuk rehabilitasi dengan obat bisa diukur waktunya hingga kapan, ” ucapnya.

Penderita psikotik kerap dialami para Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW) yang umumnya bekerja di kawasan Timur Tengah, Hong Kong, Singapura dan Malaysia.

“Kebetulan saya sering ke RS Bhayangkari Pasar Rebo, Jakarta Timur, di sana 95 persen TKI/TKW itu mengalami gangguan psikotik dari yang ringan hingga berat, ” katanya.

“Peran psikolog diperlukan di sana, di mana para TKI/TKW tersebut mengalami berbagai tindak kekerasan di rumah majikan di Timur Tengah, Hong Kong, Singapura dan Malaysia. Saking traumanya, mereka ketika melihat pria asing mengatakan, “jangan perkosa saya, ” terangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini