Sukses

Bencana 2004 Jadi Tolak Ukur Penanganan Kesehatan

Sangatlah besar skala risiko dan kebutuhan terkait wabah dan kedaruratan yang berdampak pada kesehatan.

Liputan6.com, Dili Beberapa tahun belakangan ini, masyarakat di kawasan Asia Tenggara menjadi saksi kedaruratan kesehatan masyarakat dalam skala besar seperti wabah SARS dan Flu Burung, Tsunami pada 2004, gempa bumi, taufan, dan banjir. Sangatlah besar skala risiko dan kebutuhan terkait wabah dan kedaruratan yang berdampak pada kesehatan.

"Gempa bumi di Nepal menunjukan bagaimana kesiapsiagaan terhadap kedaruratan kesehatan diselenggarakan dengan efektif. Saat terjadi gempa, rumah sakit di Kathmandu telah melakukan penyesuaian (retrofitted) dan tenaga kesehatan telah terlatih sesuai rencana kontijensi dan pengelolaan korban massal," kata Direktur Regional WHO untuk kawasan Asia Tenggara Dr Poonam Khetrapal Singh pada pertemuan Komite Regional di Dili, Timor Leste, Selasa (8/9/2015).

Saat Nepal menghadapi gempa bumi pada25 April dan 12 Mei 2015, lanjut Poonam, layanan kesehatan terhadap masyarakat terkena dampak gempa tetap berfungsi, dan dapat terus dilakukan. Ini artinya, kesiapsiagaan membuat akses di beberapa titik menjadi mudah terutama saat mengirimkan obat-obatan dan peralatan kesehatan bagi korban bencana.

"Dana Kedaruratan Kesehatan Asia Tenggara (SEARHEF) telah dapat digunakan, sehari setelahnya, guna membiayai upaya tanggap bencana," ujarnya.

Setelah gempa Nepal, WHO juga melakukan upaya tanggap di Myanmar karena 350 ribu orang di 14 negara bagian kehilangan tempat tinggal. WHO pun mengirimkan dukungan teknis dan finansial melalui SEARHEF ke Myanmar.

SEARHEF dan kapasitas penanggulangan kedaruratan lain di kawasan ini dibangun setelah Tsunami tahun 2005. Bencana maha besar yang melanda 6 dari 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara ini, adalah titik balik kesiapsiagaan terhadap bencana. SEARHEF sejauh ini telah mendanai 25 kedaruratan kesehatan di 9 negara.

Menarik pelajaran dari Tsunami 2004, WHO menetapkan 12 tolok ukur (benchmarks) untuk mengukur kapasitas komprehensif bagi kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana, dan telah bekerja sama dengan seluruh negara di kawasan ini untuk memperkuat kapasitas-kapasitas tersebut.

WHO di Asia Tenggara terus menempatkan kesiapsiagaan terhadap kedaruratan kesehatan sebaga prioritas, sebagai bagian dari proyek andalan (flagship project), untuk meminimalisir dampak kesehatan bencana dan wabah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini