Sukses

Hamil Tua, Wanita Ini Menahan Sakit Berdiri di Kereta

Pengalaman ibu hamil yang tak diberi duduk penumpang lain di kereta tak hanya terjadi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Pengalaman ibu hamil yang tak diberi duduk penumpang lain di kereta tak hanya terjadi di Indonesia. Mhari-Claire Doolan, wanita berusia 29 tahun dari Manchester terpaksa berdiri setelah seorang pengusaha menolak memberikan kursi yang sebenarnya sudah dipesannya.

Doolan sudah meminta agar pria itu pindah dari kursi tersebut. Tapi, ia dibuat malu karena si pria berpakaian rapi itu malah tak berpindah tempat. Padahal, Doolan yang tengah hamil 34 minggu sudah menunjukkan bukti tiket kursi tersebut telah dipesannya.

"Saya sudah lelah dan kesakitan dan sejujurnya ​​saya yang hamil besar sebaiknya tidak bepergian dengan kereta api, jadi saya memastikan memesan kursi," kata Doolan seperti dikutip Express, Selasa (8/9/2015).

Saat berbicara, posisi Doolan berdiri sehingga pria tersebut bisa melihat dirinya yang hamil besar. Tapi, pria berusia tiga puluhan atau empat puluhan tersebut mengabaikannya.

"Sistem pemesanan elektronik rusak sehingga saya menunjukkan padanya tiket saya. Dia melihatnya dan kemudian hanya tertawa di depan wajah saya dan berbalik," katanya.

Mendapat penolakan tersebut membuat Doolan tak mau meminta kursi penumpang lain. Ia tak mau ditertawakan lagi. Namun, ia tersiksa saat dibiarkan berdiri selama setengah jam.

"Punggung saya sakit, kaki saya sakit, dan saya merasa sakit. Saya mengalami banyak rasa sakit tapi untungnya ada kursi kosong juga," ujarnya.

Doolan juga begitu kecewa dengan penumpang lain yang enggan melakukan sesuatu.

"Saya selalu berpikir itu adalah aturan tak tertulis Anda memberikan kursi Anda untuk wanita hamil atau memprioritaskan mereka di kereta. Ini hanya bentuk kesopanan," ujarnya. 

CrossCountry, yang mengoperasikan kereta antara Manchester dan Birmingham, mengatakan tidak memiliki kebijakan perjalanan khusus untuk ibu hamil tapi menawarkan `Journey Care` untuk penumpang yang memerlukan bantuan dengan bagasi dan naik turun kereta api. 

"Manajer kereta tahu bagaimana menangani situasi tersebut dan mereka akan melakukan yang terbaik untuk mendorong orang pindah, meskipun kita tidak bisa memaksa seseorang untuk pindah kursi. Jika kami gagal untuk memindahkan mereka, kami akan berusaha untuk menemukan kursi alternatif sebagai gantinya," kata juru bicara CrossCountry. (Melly F)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.