Sukses

Frustasi Seks Bikin Penderita Bipolar Rentan Bunuh Diri

Penderita bipolar tak hanya rentan menggunakan penyalahgunaan zat, namun juga kecelakaan dan bunuh diri.

Liputan6.com, Jakarta Penderita bipolar tak hanya rentan menggunakan penyalahgunaan zat, namun juga kecelakaan dan bunuh diri. Frustasi akibat aktivitas seksual yang tinggi misalnya dapat membuat mereka depresi dan bunuh diri.

Psikiater FKUI-RSCM, dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K) MPd.Ked, mengatakan risiko bunuh diri merupakan penyebab kematian penderita bipolar. Oleh karena itu deteksi untuk ide bunuh diri (suicidal ideation) merupakan suatu yang wajib dideteksi.

"Prevalensi kejadian bunuh diri adalah 10-15 persen. Kasus ketidaksetiaan (infidelity) atau perselingkuhan bahkan dapat muncul akibat dari peningkatan libido (dorongan gairah seksual) pada fase mania. Hal ini dapat terjadi pada penderita bipolar tipe 1 atau 2," katanya, saat temu media di Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Studi Goodwin dan Jamison menemukan, sebanyak 57 persen orang dengan bipolar pada fase mania, mengalami peningkatan aktivitas seksual. Namun mereka kebanyakan merasa kecewa. "Jika keluarga tidak memiliki pemahaman yang baik, kondisi ini seringkali menyebabkan keretakan rumah tangga yang berakhir pada perceraian," lanjutnya.

"Yang penting dipahami oleh pasangan adalah peningkatan dorongan dan aktivitas seksual merupakan konsekuensi dari perjalanan penyakit GB ini sendiri. Biasanya peningkatan ini akan diawali dengan perubahan yang cukup menonjol pada perilaku, emosi dan penampilan orang seperti cara bicara, gaya berdandan dan cara berpakaian yang tiba- tiba berubah dari penampilan," katanya.

Di kesempatan yang sama, psikiater Sanatorium Dharmawangsa dr. Ashwin Kandouw,SpKJ mengatakan, kasus peningkatan libido pada penderita bipolar memang cukup sering ditemukan.

"Secara farmakologik, pengobatan ditekankan untuk mencegah dan meredakan episode mania atau depresi yang efektif dalam jangka panjang. Di sisi lain, ragam penatalaksanaan pada GB terbagi menjadi 3 fase yaitu: fase akut, fase lanjutan dan fase rumatan. Masing-masing dari fase tersebut mempunyai durasi, tujuan tatalaksana, prioritas dan dosis yang berbeda," katanya.

"Keluarga dan lingkungan juga diharapkan dapat memberi dorongan kepada orang dengan GB agar mereka lebih optimis dalam menjalani kehidupan dengan memperlihatkan kasih sayang, perhatian, kepedulian, penghargaan. Empati dan simpati juga menjadi poin penting dalam masa penyembuhan,” tutupnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.