Sukses

Kera Akan Dapat Berbicara Seperti Manusia?

Ternyata intelijensi kera terus berkembang seiring penelitian yang dilakukan para ahli.

Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 1930-1940-an, pasangan suami istri yang berprofesi sebagai psikolog, pernah membesarkan seekor Simpanse selayaknya anak manusia. Simpanse tersebut diajarkan juga cara berbicara. Namun usaha mereka gagal.

Sejak saat itu, muncul kesimpulan bahwa kera tidak dapat mengatur vokal dan nafas mereka. Suara kera biasanya muncul secara spontan sebagai reaksi terhadap lingkungan mereka. Misalnya ketika mereka sedang menghadapi bahaya. Semua jenis suara kera dianggap sudah permanen dan mereka juga dianggap tidak memiliki kemampuan untuk mempelajari jenis suara dan teknik bernafas yang baru.

Namun ternyata intelijensi kera terus berkembang seiring penelitian yang dilakukan para ahli. Perkembangan itu meliputi kemampuan mereka dalam mengolah vokal dan nafas. Adalah Koko, seekor Gorila yang menjadi objek penelitian di The Gorilla Foundation. Di tempat itu, Koko hidup dan berinteraksi selama berjam-jam setiap harinya. Ia telah hidup lebih dari 40 tahun lamanya bersama psikolog Penny Patterson dan biolog Ron Cohn sejak ia berusia 6 bulan.

Pada tahun 2010, Marcus Perlman, yang kini menjadi postdoctoral researcher di University of Wisconsin-Madison, melakukan penelitian di The Gorilla Foundation. Semula Perlman melakukan studi tentang gestur Gorila, namun ia kemudian mengamati polah suara Koko yang mengagumkan. Dalam sebuah jurnal Animal Cognition, Perlman dan Nathaniel Clark dari University of California, merangkum 71 jam video Koko yang tengah berinteraksi dengan manusia.

Mereka menemukan 9 jenis suara yang berbeda dan berulang-ulang dari Koko. Kesembilan tipe suara itu bukanlah jenis yang biasa ditemui pada Gorila, tapi merupakan hasil pembelajaran yang mengharuskan ia mengatur nafas dan pita suara. Meskipun suaranya belum sejelas manusia, namun Koko sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan larynx atau bagian pangkal kerongkongannya. Ia juga dapat melakukan batuk ketika diperintah. Cukup mengagumkan untuk seekor Gorila, karena ia perlu menutup larynx-nya ketika batuk.

Ini kurang-lebih menggambarkan tahapan evolusi kemampuan berbicara moyang kita, sekitar 10 juta tahun yang lalu.

“Koko menjembatani celah ini. Dia menunjukkan bahwa kera dapat mengembangkan pengendalian atas suaranya jika berada di lingkungan dan kondisi yang baik. Tidak sebaik manusia, namun tetaplah sebuah pengendalian,” ujar Perlman seperti dikutip Sciencedaily, Senin (17/8/2015). Ia menambahkan bahwa spesies kera lainnya seperti Orangutan, juga menunjukkan kemampuan vokal dan pengaturan nafas yang mengagumkan. Ini mengindikasikan bahwa semua jenis kera besar memiliki kemampuan yang sama seperti Koko. (Aji)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini