Sukses

Tanpa Persiapan Matang, Kegembiraan Lomba 17-an Bisa Jadi Petaka

Suka-cita mengikuti perlombaan khas 17 Agustus dapat berubah petaka bila tidak ada persiapan yang matang.

Liputan6.com, Jakarta Hari ulang tahun Republik Indonesia selalu dimeriahkan beragam perlombaan dengan hadiah yang menggiurkan. Orang pun berbondong-bondong mendaftar demi mendapatkan hadiah itu.

Suka-cita mengikuti perlombaan khas 17 Agustus dapat berubah petaka bila tidak ada persiapan yang matang. "Kecuali kalau tujuan mengikuti perlombaan itu hanya untuk bersenang-senang. Namun, secara emosional, tiap individu yang mengikuti lomba apa pun ingin sekali menang," kata Spesialis Kedokteran Olahraga Michael Triangto saat dihubungi Health Liputan6.com, Senin (17/8/2015).

Perlombaan khas 17 Agustus di Indonesia dapat dikategorikan sebuah olahraga. Dan olahraga memiliki 3 manfaat, prestasi, kesehatan, dan kegembiraan. Karena perlombaan seperti balap karung, balap kelereng, panjat pinang, tarik tambang hanya sekali dalam setahun, manfaat yang didapat hanya poin tiga saja.

"Poin 1 dan 2 bisa didapat bila olahraga itu dilakukan setiap hari. Yang awalnya lemas, kuat, semakin kuat, hingga bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan sebelumnya. Itu kalau kita mau mendapat manfaat poin 1 dan 2," kata Michael.

"Sebagai contoh wakil Indonesia di kejuaraan badminton, Hendra Aksan. Untuk mencapai titik ini, dia berlatih setiap hari, alami cedera dulu, dan proses lainnya. Oleh karena itu, untuk perayaan 17 Agustus, ada baiknya kita tidak memaksakan diri. Ini kan untuk bersenang-senang merayakan kemerdekaan Indonesia ke-70," kata Michael menambahkan.

Perlombaan 17 Agustus apa pun yang dilakukan tanpa persiapan (jika menang yang jadi tujuan utama), maka risiko cedera dan gangguan kesehatan lain tak bisa kita hindari.

"Kita juga harus tahu diri. Jangan karena tidak enak dengan tetangga yang berpartisipasi mengikuti lomba-lomba itu, kita yang ada masalah dengan kesehatan malah ikut-ikutan. Fatal akibatnya. Kecuali, kalau untuk senang-senang. Dengan catatan, tidak memaksakan diri. Lomba makan kerupuk nggak harus sampai habis, misalnya," kata Michael.

Dua tahun lalu, cerita dia, ada seorang Romo yang mengikuti marathon untuk acara amal. Karena tidak ada persiapan khusus, sang Romo malah meninggal dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.