Sukses

Otak Pecandu Porno Sama dengan Pengguna Narkoba

Beberapa studi menunjukkan konsumsi porno dapat memengaruhi otak, mengubah struktur dan fungsi, dan menyebabkan munculnya perilaku adiktif.

Liputan6.com, Jakarta Untuk apa orang menonton konten porno? Menonton film dewasa bisa dilakukan siapa saja, baik pria atau perempuan demi mengeksplorasi keinginan erotis mereka. Selain itu, menonton film porno bisa meningkatkan libido serta membuat hubungan lebih baik. Tapi, apa sebenarnya yang terjadi pada otak pada orang yang menyaksikan film porno?

Satu dari tiga wanita di Amerika Serikat (AS) secara teratur menonton porno dan 70 persen pria berusia 18 sampai 24 tahun setidaknya berkunjung sebulan sekali ke situs porno. Pendukung Antiporno seperti YourBrainOnPorn meyakini melihat konten porno merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dampaknya pada otak.

Beberapa studi telah menunjukkan konsumsi porno dapat memengaruhi otak, mengubah struktur dan fungsi, dan menyebabkan munculnya perilaku adiktif. Tapi benarkah?

Situs medicaldaily menjelaskan proses yang terjadi di otak seseorang yang menyaksikan film porno, Kamis (13/8/2015).

1. Kimia di otak penonton porno

Dopamin

Berhubungan seks dan menonton film porno menyebabkan pelepasan dopamin di bagian otak yang bertanggung jawab terhadap emosi dan belajar.

"Perubahan utama adalah banjir dopamin. Menonton pornografi menghasilkan respons dopaminergik," kata Joe Schrank, spesialis kecanduan, dan pendiri TheFix.com dan Loft 107, sebuah fasilitas hidup di Brooklyn, NY.

Inilah neurotransmitter yang memberikan keinginan untuk kesenangan diri. Namun, menonton film porno berulang kali membuat perubahan di otak.

Pada penelitian 2014 yang diterbitkan di JAMA Psychiatry menghasilkan scan otak pertama kalinya tentang menonton porno. Para peneliti di Jerman menemukan, tingkat perubahan dalam otak berkorelasi dengan seberapa banyak seseorang menonton porno.

Semakin sering menyaksikan, semakin rendah aktivitas itu di pusat-pusat reward otak setelah munculnya gambar seksual di layar.

Kondisi tersebut menyebabkan otak membutuhkan lebih banyak dopamin untuk setiap kali berikutnya agar merasakan efek yang sama. Akibatnya, inilah yang menjadi alasan seseorang jadi lebih sering menonton porno.

Menurut Gary Wilson, seorang guru fisiologi, terkadang otak akan "usang" dan menghentikan produksi dopamin, yang membuat orang tersebut menginginkan kepuasan yang lebih tapi tak bisa mencapainya. Hal itulah yang memprovokasi penonton untuk lebih intens mencari konten porno agar bisa mencapai kesenangan yang tinggi.

"Otak menanggapi perubahan kimia. Ketika dopamin dilepaskan dan ada rasa kesenangan, otak primitif mengirimkan pesan untuk mengulangi perilaku, "kata Schrank.

Ia meyakini alasan itu yang membuat orang yang kecanduan porno sulit berhenti. Dalam pikiran seorang pecandu, selalu ada kebutuhan konstan untuk merasakan stimulasi yang kuat.

Oksitosin dan Vasopresin

Kimia otak lainnya yang dilepaskan selama berhubungan seks atau porno adalah oksitosin dan vasopressin. Hormon-hormon ini yang membantu orang mengingat kenangan jangka panjang. Hormon bekerja dengan membentuk hubungan antara memori dan objek yang memberinya kesenangan seksual.

Biasanya, seks menyebabkan pelepasan kadar serotonin, yang pada gilirannya menyebabkan perasaan ketenangan dan relaksasi. Namun, jika otak menghubungkan perasaan ini dengan pengalaman porno, maka kemudian akan mengarahkan seseorang kembali ke porno setiap kali hasrat seksual muncul dibandingkan pengalaman seksual yang sebenarnya. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pikiran Porno vs Kecanduan

2. Pikiran Porno vs Kecanduan

Otak penonton film porno sering dibandingkan dengan pecandu narkoba atau alkohol. Sebuah studi 2014 Cambridge University yang diterbitkan dalam Jurnal PLoS ONE menemukan striatum ventral, struktur otak yang berperan dalam pusat reward otak alias jalur kesenangan, hidup ketika orang beralkohol melihat foto minuman. Hal yang sama juga ditemukan pada pecandu porno, meskipun mereka menginginkan lebih sering porno.

Para peneliti juga menemukan tiga daerah di otak yang lebih aktif pada orang dengan perilaku seksual kompulsif, termasuk striatum ventral, dorsal anterior cingulate cortex (bertanggung jawab untuk mengantisipasi imbalan), dan amigdala (yang terlibat dalam pengolahan signifikansi peristiwa dan emosi ). Daerah ini juga akan diaktifkan pada pecandu narkoba ketika diperlihatkan pilihan obat kepada mereka.

Umur juga tampaknya mempengaruhi tingkat aktivitas otak di striatum ventral saat melihat porno. Semakin muda pasien, semakin tinggi tingkat aktivitas di striatum ventral mereka yang membuat individu berperilaku seksual kompulsif.

Temuan ini sangat penting, karena daerah kontrol frontal otak terus berkembang pada usia pertengahan 20-an. Ketidakseimbangan di wilayah ini dapat meningkatkan perilaku impulsif dan berisiko pada pasien yang lebih muda. 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Otak pecandu porno menciut

3. Otak pecandu porno menciut

Sering menonton film porno bisa mengubah ukuran otak. Dalam penelitian di Jerman, peneliti menemukan volume materi abu-abu di kanan striatum lebih kecil pada orang yang sering menonton porno.

Selain itu, aktivitas juga berkurang di daerah lain dari striatum, yang dikenal sebagai putamen kiri, yang menyala bila terkena rangsangan seksual.

Perubahan otak ini mirip dengan pecandu kokain, yang mengembangkan kelainan di area seperti nucleus accumbens dan striatum, yang bertanggung jawab untuk belajar, memori, kesenangan, dan reward.

Namun temuan ini, tidak jelas menunjukkan menonton film porno yang menyebabkan perubahan otak atau hanya orang-orang dengan tipe otak tertentu yang sering menonton porno. 

3. Otak sesudah melihat materi porno

Film porno bisa berguna pada pasangan yang ingin menjelajahi dan belajar tentang keinginan seksual. Namun, di balik kegunaannya ada konsekuensi yang terjadi pada otak orang yang terlalu sering menonton porno. Untuk alasan ini, kunci yang harus diingat adalah memoderasi. "Otak membutuhkan keragaman aktivitas juga," kata Schrank. (Melly F)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini