Sukses

Terserang Bakteri, Model Ini Kehilangan Satu Kaki

Dokter mendiagnosis Lauren dengan toxic shock syndrome (TSS), komplikasi langka yang disebabkan beberapa jenis infeksi bakteri.

Liputan6.com, Jakarta Pada Oktober 2012, model Lauren Wasser terbangun dengan gejala menyerupai flu. Namun sejak saat itu hidupnya berubah.

"Aku yakin terbangun di ICU. Saat itu bobotku 200 pon (sekitar 90 kg)," kata Lauren. "Kaki kananku terasa sangat sakit. Keduanya seperti terbakar. Aku bahkan tak dapat menggambarkan sakitnya," lanjut Lauren.

Organ-organ tubuhnya gagal berfungsi. Tubuhnya membengkak. Dokter mengabarkan ibu Lauren agar bersiap menerima kenyataan terburuk dan mempersiapkan segala sesuatunya.

Dokter spesialis infeksi mendiagnosis Lauren dengan toxic shock syndrome (TSS), komplikasi langka yang disebabkan oleh beberapa jenis infeksi bakteri, termasuk Staphylococcus aureus dan bakteri A streptococcus. TSS juga seringkali dikaitkan dengan penggunaan tampon berdaya serap super.

TSS sangat populer di tahun 1980-an setelah beberapa perempuan meninggal akibat terkena penyakit itu. Badan pengawas pangan dan obat-obatan Amerika Serikat mulai mengatur penggunaan tampon dan sekarang setiap kemasannya diberi label peringatan, mewajibkan setiap wanita untuk tidak menggunakan tampon lebih dari 8 jam setiap kali pakai dan memilih yang daya serapnya baik. Tampon yang berdaya serap terlalu kuat atau menggunakan bahan tertentu seperti rayon viscose dengan atau tanpa kapas menyebabkan risiko tinggi terpapar TSS.

Para dokter berhasil menyelamatkan nyawa Lauren, tapi mereka tak berhasil menyelamatkan salah satu kaki wanita itu. Dokter mengamputasi kaki kanan Lauren hingga di bawah lutut, dilansir laman Today, Selasa (21/7/2015).

"Aku benar-benar terbaring di sana, menduga hidupku berakhir. Dan aku tak akan diterima kembali, aku tak bisa menjadi model lagi. Tak ada yang melihatku seperti dulu lagi," kenangnya.

"Toxic shock syndrome adalah kejadian yang sangat langka. Untuk masyarakat umum, lebih aman menggunakan tampon saat mereka haid," kata Dr Amy Stoddard, dokter kandungan dan ginekolog di Ronald Reagan UCLA Medical Center.

Lauren berhenti menggunakan tampon dan menuntut produsen tampon yang biasa dia gunakan. Namun hingga saat ini produsen tampon tersebut belum berkomentar terhadap kasus Lauren. Kini Lauren membentuk sebuah organisasi yang mengedukasi orang tentang TSS dan menjadi model, hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Aku merasa lebih cantik dari sebelumnya karena aku telah mengalami banyak hal, dan aku bisa berhubungan dengan begitu banyak orang," cetus Lauren. "Dan hal itu membuatku menjadi orang yang lebih baik," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.