Sukses

Dahsyatnya Brokoli yang Bisa Kalahkan Tiga Penyakit Ini

Liputan6.com, Jakarta Bila Anda penggemar brokoli, pasti telah memetik manfaat sayuran hijau ini. Penelitian terbaru mengungkapkan, mengonsumsi brokoli setiap hari mengurangi risiko penyakit maag, infeksi lambung, bahkan kanker!

Barbara Bush, ketika masih menjadi ibu negara Amerika Serikat, aktif mengampanyekan brokoli untuk memerangi kanker, yang waktu itu banyak diderita perempuan di negaranya. Beragam penelitian tentang brokoli memang telah dilakukan, di antaranya menemukan bahwa kandungan antioksidan dalam brokoli sangat besar, sehingga mampu menekan risiko kanker.

Seperti diungkapkan badan riset makanan IRF, Inggris, brokoli memiliki unsur kimia bernama sulforaphane yang dipercaya bisa menahan efek berkelanjutan dari kanker. “Konsumsi brokoli dengan porsi besar atau brokoli dengan level sulforaphane tinggi, kemungkinan bisa lebih meminimalkan potensi kesakitan pada penderita kanker,” ucap koordinator penelitian, Prof. Richard Mithen, seperti dikutip situs BBC, baru-baru ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bakteri menurun

Bakteri menurun
Brokoli dikenal sebagai keluarga sayuran sejenis kubis. Kebanyakan sayuran tersebut mengandung glucosinolates berkadar tinggi. Sayuran ini mengandung sulforaphane, yang dipercaya sebagai satu-satunya obat penekan penyebaran kanker dalam tubuh.

Namun, penelitian terbaru dan lebih spesifik mampu memberikan gambaran kemampuan brokoli dalam menekan risiko beragam gangguan pencernaan seper¬ti maag, infeksi lambung, dan kemungkinan kanker perut. Studi tentang khasiat brokoli ini sendiri juga diklaim sebagai penelitian pertama yang dipublikasikan.

Dalam sebuah studi di Jepang, para ahli mendapati fakta bahwa mengonsumsi 70 gram brokoli segar setiap hari selama dua bulan dapat melindungi tubuh manusia dari bakteri perut yang terkait penyakit maag, infeksi lambung, bahkan kanker perut. Kandung¬an sulforaphane memicu enzim dalam perut, sehingga memberikan perlindung¬an terhadap senyawa radikal yang dapat merusak DNA dan menyebabkan peradangan.

Kandungan sulforaphane dalam kecambah brokoli segar lebih tinggi daripada brokoli yang sudah direbus terlalu matang. Artikel di jurnal Cancer Prevention Research menyebutkan, makan brokoli segar 70 gram setiap hari dapat membantu mencegah beberapa penyakit serius.

3 dari 5 halaman

Karena Sulforaphane

Karena Sulforaphane
Adalah Jef Fahey, farmakolog dari Johns Hopkins School of Medicine, Amerika Serikat, yang melakukan studi tentang khasiat brokoli ini. Dari berbagai studi yang telah dilakukan sebelumnya, brokoli dikenal mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat besi, vitamin A, C, E, tiamin, riboflavin, nikotinamide, kalsium, betakaroten, dan glutation. Brokoli juga mengandung senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforaphane, dan iberin yang merangsang pembentukan glutation.

Dalam penelitian tersebut 25 orang yang terinfeksi Helicobacter pylori oleh periset diberi 70 gram brokoli selama 2 bulan, sedangkan 25 orang yang terinfeksi bakteri yang sama hanya menjalani pola makan biasa. Sebelumnya para periset telah mengetahui bahwa dosis 70 gram cukup untuk mening¬katkan enzim pelindung tubuh.

Hasilnya? Para ahli mendapati bakteri Helicobacter pylori yang mengendap di dalam lambung dan usus dua belas jari berkurang, ditandai dengan tingkat infeksi dan peradangan yang juga berkurang. Sebaliknya, bakteri yang ada di perut sukarelawan dengan pola makan biasa jumlahnya tetap. Dari hasil ini para ahli menyimpulkan bahwa konsumsi 70 gram brokoli menurunkan kemungkinan untuk terkena maag, infeksi perut, dan kanker.

“Hasil studi ini memperkuat pendapat bahwa brokoli juga mampu mencegah kanker pada manusia. Tidak hanya manjur mencegah kanker pada binatang seperti yang selama ini dilakukan di laboratorium,” ungkap Fahey.

Peneliti juga berharap hasil studi ini mampu meminimalkan risiko terserang kanker perut, yang di dunia menjadi penyakit kanker nomor dua yang mematikan.

4 dari 5 halaman

Keluarga sawi-sawian

Keluarga sawi-sawian
Penelitian sebelumnya tentang brokoli juga dilakukan oleh farmakolog dari Johns Hopkins School of Medicine, Paul Talalay. Disebutkan bahwa sulforaphane yang terdapat pada brokoli diketahui mampu meningkatkan produksi enzim fase II di hati.

Menurut Talalay, enzim tersebut berperan menggandeng bahan-bahan karsinogen yang dihasilkan dari senyawa prokarsinogen dan mengeluarkannya dari sel. Dalam penelitian lanjutan diketa¬hui bahwa sulforaphane ini dapat mencegah pembentukan kanker payudara.

Hasil beberapa penelitian, zat-zat yang terkandung dalam brokoli diyakini mampu meredam pertumbuhan kanker paru, kolon, kelenjar susu, serta kandung kemih pada hewan percobaan.
Dalam situs Wikipedia disebutkan, selain brokoli, sayuran sawi-sawian seperti kubis, bunga kol, lobak, sawi, dan petsai juga banyak mengandung sulforaphane. Namun, sulforaphane paling banyak ditemukan dalam brokoli. Masih menurut situs tersebut, berdasarkan penelitian epidemiologi, mengonsumsi sayur¬ sawi-sawian dapat mengurangi risiko terkena kanker.

Uji coba yang dilakukan pada hewan juga menunjukkan bahwa sayuran sawi-sawian mampu mengurai frekuensi, ukuran, dan jumlah sel tumor. Ketika sel kanker menyerang, tubuh akan mempro¬duksi enzim yang disebut fase II.

Sulforaphane juga dapat menghambat secara ekstra sel, intra sel, dan antarsel dalam mencegah resistensi antibiotik Helicobacter pylori dan induksi benzo-a-pyrene, yang bisa menyebabkan tumor pada perut.

5 dari 5 halaman

Dimakan Segar Atau Dijus

Dimakan Segar Atau Dijus
Untuk memaksimalkan manfaat sulforaphane dalam brokoli sebenarnya gampang saja. Pilihlah brokoli yang segar dengan warna hijau kuat.

Selain dikonsumsi langsung dalam bentuk segar sebagai lalapan, bisa juga dicampur sayuran dan buah lain sebagai salad. Brokoli segar juga dapat dijadikan jus dengan bahan tunggal maupun gabungan bahan lain.

Jika memungkinkan, pilihlah brokoli organik. Jika tidak, sebaiknya Anda mencucinya lebih dulu dengan air dan soda kue alami, agar terbebas dari kimia pupuk dan insektisida. Tanpa itu, usaha sehat bisa sia-sia karena Anda akan banyak mengonsumsi zat kimia pemicu kanker.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini