Sukses

KPAD Papua Perkenalkan Sunat Modern

Dalam prakteknya, hanya diperlukan 5 menit jika seseorang ingin melakukan sirkumsisi prepex atau sunat modern ini.

Liputan6.com, Jakarta Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Papua mengenalkan sunat modern kepada masyarakat di Papua. Sunat modern atau sirkumsisi prepex dilaksanalan gratis kepada empat daerah di Papua yakni Kota Jayapura, Kabupaten Paniai dan Wamena di Provinsi Papua serta Kota Manokwari di Papua Barat.

Sunat modern ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Untuk tahapan awal, Papua diberikan jatah 1800 unit prepex dari Bill Clinton Foundatioan melalui CHAI (Clinton Health Access Initiative).  KPAD Papua membagi 310 prepex di Kota Jayapura, 190-an unit untuk  Wamena, 200-an unit untuk Manokwari dan 150-an unit untuk di Paniai.

Sekretaris KPAD Papua, Constant Karma mengatakan satu unit prepex harganya berkisar 25 dollar dengan bahan habis pakai. Di Kota Jayapura kegiatan ini dilakukan di salah satu ruang khusus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura hingga 3 Juli mendatang.

“Dalam prakteknya, hanya diperlukan 5 menit jika seseorang ingin melakukan sirkumsisi prepex ini. Tanpa adanya rasa sakit dan mengeluarkan darah. Setelah dilakukan sirkumsisi, orang tersebut bisa langsung aktivitas seperti biasanya. Nantinya dalam satu minggu ke depan, orang yang sirkumsisi akan kembali dibuka alat prepex ini dan dinyatakan selesai melakukan proses sunat modern,” jelasnya, Senin (29/6/2015).

Bantuan 1800-an prepex yang dibagikan kepada Papua, harus dihabiskan dalam jangka waktu dua bulan ke depan. Jika tahapan ini berhasil, Papua akan mendapatkan kembali bantuan 10 ribu unit prepex. “Prepex saat ini belum diperjual-belikan di pasaran. Prepex diproduksi untuk memenuhi program dengan tujuan menekan penyebaran HIV/AIDS. Ada berbagai ukuran dalam prepex ini yakni ukuran A hingga E. A adalah ukuran terkecil sedangkan E ukuran terbesar. Rata-rata masyarakat Papua yang saat ini ikut dalam sirkumsisi menggunakan ukuran C dan D. Sirkumsisi ini dianjurkan untuk anak umur 15 tahun ke atas,” ujarnya.

Cara kerja prepex cukup sederhana, diawali dengan membersihkan penis kemudian diukur sesuai ukurannya, setelah ujung penis dibaluri cream anestesi untuk membuat kulit kebal dan tidak muncul rasa geli, selanjutnya prepex yang berupa dua buah ring warna hitam dan putih dimasukkan ke penis sesuai dengan ukuran. Ring warna putih dimasukkan di bagian dalam kulit penis, kemudian ring hitam diluangkan di kulit luar. Ring tersebut akan menjepit kulit penis sehingga mematikan aliran darah, saraf, nutrisi makanan ke kulit penis yang akan dipotong.

Dengan terhentinya aliran darah, saraf dan nutrisi ke kulit tersebut, dengan sendirinya kulit akan mati, sehingga nantinya jika akan dipotong tidak akan terasa sakit dan juga tidak mengeluarkan darah.

”Setelah satu minggu pemasangan prepex, maka kulit mati itu akan digunting dan tak akan merasakan apa-apa,” kata Dokter Suwardi.

Dalam sirkumsisi tahap awal ini, KPAD setempat dibantu oleh 4 dokter dan 4 mantri. Nantinya dokter-dokter ini yang telah mendapatkan pelatihan di Rwanda, akan mobile melakukan sirkumsisi di beberapa kabupaten di Papua.

Reynold Suwae (16), salah seorang siswa asal Papua yang bersekolah di SMA Malang mengaku awalnya merasa gugup untuk mencoba sunat modern ini. Dirinya ingin mencoba sunat modern ini karena saran dari kakeknya yang menyatakan bahwa ada sunat modern tanpa rasa sakit dan usai sunatan bisa langsung beraktivitas seperti biasanya. “Kebetulan saya kan sedang liburan di Papua, sehingga dengan sunatan cara seperti ini, saya tetap bisa melaksanakan waktu liburan tanpa ada gangguan. Apalagi dengan kita disunat, kita bisa lebih hidup bersih dan sehat,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini