Sukses

Serunya Buka Puasa Bersama Anak Disabilitas

PT Sriboga Raturaya mengadakan buka puasa bersama dengan 135 anak-anak disabilitas dari 4 Sekolah Luar Biasa

Liputan6.com, Jakarta PT. Sriboga Raturaya mengadakan buka puasa bersama dengan 135 anak-anak disabilitas dari 4 Sekolah Luar Biasa. Mereka yang diundang dari SLB Swakarya, SLB-C SinarKasih, SLB-B dan C As Syafiiyah dan Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

Direktur Utama PT. Sarimelati Kencana dan PT. Sriboga Marugame Indonesia, Stephen McCarthy mengatakan, hampir semua anak yang ikut buka puasa bersama ini adalah tuna grahita dan tuna rungu. Tapi ada juga anak disabilitas lain yang mengalami down syndrome, hydrocephalus dan celebral palsy.

"Mereka ini seperti anak lainnya, yang istimewa dan memiliki kesempatan belajar yang sama. Di sini mereka bisa belajar nilai-nilai moral dari pertunjukkan puppet show," katanya, saat ditemui wartawan, ditulis Kamis (25/5/2015).

Selain mengadakan buka puasa bersama, keempat perusahaan yang tergabung dalam PT. Sriboga Raturaya juga mengadakan program buka puasa sistem drop and go ke panti-panti asuhan di Jabodetabek dan Semarang dengan target 4.800 anak selama 23 hari selama Ramadan.

Kepala Sekolah SLB Swakarya, Sukimin mengatakan, anak-anak begitu antusias ketika mereka diundang untuk buka puasa bersama.

"Ketika kami bilang, kumpul di sekolah untuk naik bis dan buka puasa bersama pukul 13.30, di antara mereka ada yang sudah datang pukul 09.00 pagi. Orangtuanya bilang, anaknya begitu senang dan antusias sekali diajak jalan-jalan. Dan mereka tidak bisa menahan diri untuk segera berangkat," katanya.

Rafi (14) misalnya, anak dengan IQ di bawah rata-rata ini mengaku sedang bermain sambil menunggu adzan magrib. Dia mengaku senang diajak keluar lingkungan sekolah. "Jam berapa?" tanyanya, setiap kali ada yang lewat di depannya. Sambil mengajak bermain siapa pun yang ditemuinya, Rafi mengatakan dirinya senang bisa puasa dan berkumpul bersama teman-temannya.

Rafi

Anak-anak lainnya, juga begitu antusias ketika adzan magrib berkumandang. Mereka secara tertib mengambil makan dan setelahnya berwudhu untuk segera melaksanakan salat.

"Mereka mungkin tidak bisa menghitung dan belajar hal-hal yang rumit, tapi bila diajarkan kemampuan lain, ternyata mereka bisa mengikuti. Seperti gerakan salat misalnya, itu dapat melatih kemampuan motorik anak," kata Sukimin.

Tuna grahita

Tuna rungu

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini