Sukses

Penyakit Kanker Hantui Pemakan Beras Plastik

Pakar kesehatan angkat bicara mengenai beras palsu yang diduga mengandung plastik.

Liputan6.com, Jakarta Pakar kesehatan angkat bicara mengenai beras palsu yang diduga mengandung plastik. Tiga bahan kimia berbahaya yang terdapat dalam beras tersebut, ternyata dapat memicu kerusakan organ pencernaan hingga kanker.

Seperti disampaikan Praktisi Kesehatan dari RS Ciptomangunkusumo, Dr.dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB, beras palsu yang ditemukan di Bekasi terbukti mengandung bahan pembuat plastik yaitu Benzyl Butyl Phthalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phthalate (DEHP) dan Diisononyl Phthalate (DNIP). Hasil penelitian ini keluar berdasarkan tes laboratorium Succofindo.

"Kita tahu bahwa komponen dari plastik bukan sesuatu yang bisa dikonsumsi. Sistem pencernaan kita tidak akan mencerna makanan yang mengandung plastik ini dengan sempurna. Secara akut bisa saja terjadi gangguan langsung pada sistem pencernaan," kata Ari melalui pesan elektronik yang diterima Liputan6.com, Jumat (22/5/2015).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masalah pencernaan

Masalah pencernaan

Menurut Ari, makanan yang mengandung plastik akan butuh lama berada didalam lambung kita. Hal ini akan menimbulkan rasa begah, penuh dan cepat kenyang. Gangguan yang terjadi selanjutnya bisa terjadi mual dan bahkan muntah. Selain itu, komponen dari plastik tersebut dapat mengiritasi sistem pencernaan kita.

"Proses pembuangan dari makanan yang mengandung plastik juga bisa membuat masalah bisa terjadi diare atau malah susah buang air besar," katanya.

Rusaknya Lever

Ari menerangkan, bahan kimia Benzyl Butyl Phthalate bisa diserap oleh usus kita, masuk kedalam darah dan sampai di hati. Memang sebagian besar zat ini akan  dikeluarkan melalui kencing sehingga kita sebenarnya bisa mendeteksi kadar pthalat pada urine. Namun zat ini akan merusak lever sehingga sistem pencernaan akan terganggu lebih lanjut.

Pada penelitian binatang, paparan phthalat pada liver akan menyebabkan berkembangnya kanker lever dikemudian hari. Phthalat juga dapat masuk ke sistem reproduksi kita sehingga menyebabkan terjadinya kemandulan terutama pada pria.

Penelitian pada tikus yang dilakukan oleh peneliti Jepang beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan Benzyl Butyl Phthalate menemukan, dalam dosis tertentu bahan kimia ini akan merusak sistim reproduksi pria karena zat ini akan dikenali salah oleh tubuh sebagai ‘hormon’ sehingga merusak sistem reproduksi pria. 

3 dari 3 halaman

Ganggu sistem reproduksi

Ganggu sistem reproduksi

Pada wanita zat ini juga akan mengganggu sistem reproduksi wanita sehingga bisa menimbulkan permasalahan pada mestruasi wanita usia produktif. Bahkan pada satu penelitian pada manusia ditemukan kadar yang tinggi zat ini pada urine ibu yang baru melahirkan ternyata pada bayinya ditemukan skrotum dan penis yang mengecil.

Hal ini membuktikan bahwa phthalat bisa menembus plasenta sehingga akan berbahaya pada janin jika dikonsumsi berlebihan pada ibu hamil. Selain berbahaya untuk janin ternyata zat ini juga dapat ditemukan pada air susu ibu sehingga juga berbahaya untuk ibu menyusui.

Masyarakat harus jeli dalam memilih beras yang akan dikonsumsi, para pedagang juga harus melihat apakah beras yang dijual tersebut bukan beras palsu yang mengandung komponen plastik tersebut.

"Banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang  banyak mengandung vitamin, mineral dan anti oksidan serta banyak mengosumsi air  sesuai dengan yang dianjurkan adalah hal-hal yang bisa kita kerjakan agar kita bisa mengurangi efek samping  dari paparan  zat yang berbahaya ini," katanya.

Sebelumnya, Dokter spesialis gizi klinik dari RS Cipto Mangunkusumo Inge Permadi mengatakan, jika benar beras palsu tersebut mengandung plastik, maka orang yang memakannya berisiko kanker.

"Plastik adalah salah satu benda asing yang berbahaya untuk dikonsumsi. Bila benda itu masuk ke dalam saluran cerna dan mengendap di saluran pencernaan, maka benda ini bisa memicu kelainan atau perubahan sel yang lama kelamaan bisa memicu kanker," kata Inge.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini