Sukses

Perempuan Berisiko 3,6 Kali Alami Nomophobia

Nomophobia adalah singkatan dari `no mobile phone phobia`.

Liputan6.com, Jakarta Aneh rasanya beraktivitas tanpa ditemani ponsel. Tidakkah seperti ada sesuatu yang hilang? Perasaan kehilangan ini mempunyai sebutan, nomophobia!

Nomophobia adalah singkatan dari `no mobile phone phobia`. Para peneliti telah menemukan cara untuk mengevaluasi seberapa sering kondisi nomophobia menghinggapi seseorang, dilansir dari laman situs Today, Senin (18/5/2015).

"Semakin hari, orang-orang semakin tergantung dan terikat dengan ponsel pintar mereka," kata Caglar Yildirim, mahasiswa doktoral di Human Computer Interaction, Iowa, Amerika Serikat. "Aku ingin meneliti lebih lanjut agar bisa lebih memahami kenapa hal ini bisa begitu memengaruhi orang-orang," lanjutnya. 

Caglar dan rekan profesor dari Iowa State University School of Education, Ana-Paula Correia, membuat sebuah penelitian kecil yang terdiri dari dua bagian dan akan diterbitkan dalam Computers in Human Behaviour pada Agustus mendatang. 

Penelitian diawali dengan mewawancarai sembilan mahasiswa tentang apa yang dirasakan saat berjauhan dari smartphone mereka. Melalui penelitian ini, para peneliti mengidentifikasi empat kecenderungan dari keterikatan terhadap ponsel. 

1. Tidak bisa berkomunikasi

Partisipan merasa tidak aman (insecure) ketika tidak bisa mengirim pesan atau menelepon teman atau keluarga. 

2. Kehilangan keterhubungan

Partisipan merasa terputus dari identitas online mereka. 

3. Tidak bisa mengakses informasi

Partisipan merasa tidak berdaya karena tidak bisa mencari jawaban dari Google untuk menjawab pertanyaan atau misalnya menemukan arah secara otomatis. 

4. Tidak nyaman

Partisipan merasa kesal karena tidak bisa menyelesaikan tugas yang mudah, seperti menyusun rencana atau memesan tempat untuk makan malam. Hal-hal yang bisa diselesaikan dengan mudah jika ada ponsel pintar.

Setelah mendefinisikan nomophobia, para peneliti mengumpulkan 20 kuesioner untuk melihat tingkatan kondisi tersebut. 

Hasilnya, perempuan 3,6 kali lebih mungkin mengalami nomophobia dibandingkan pria. Para peneliti pun masih belum paham apa penyebabnya. 

"Mungkin ada alasan mekanisme psikologis di balik nomophobia cenderung dialami wanita. Tapi kami masih dalam tahap menelitinya," kata Caglar. 

Sebelum menyimpulkan sebagai suatu hal yang negatif, para peneliti menganggap keterikatan terhadap ponsel tidak selalu merupakan hal buruk.

"Ketergantungan dan keterikatan ini bukanlah hal yang harus dikutuk atau dilarang," kata Caglar. "Masalah baru muncul ketika hal itu mulai mengganggu kesehatan mental dan psikologis manusia," lanjutnya.

Robert Weiss, wakil kepala senior dari pengembangan klinis di Elements Behavioral Health, pusat penanganan kecanduan di Long Beach, California, mengatakan bahwa sebaiknya nomophobia tidak dikategorikan sebagai kecanduan. 

"(Ada) banyak ketakutan akan teknologi," ucap Weiss, yang tidak terlibat dalam studi. "Ketakutan bahwa (ponsel) akan mengganggu masa muda kita, kekhawatiran bahwa kita tidak akan mampu mengikuti perkembangannya. Dan menurutku, semua itu hanya omong kosong," lanjutnya.

Teknologi komunikasi membantu orang agar tetap terhubung dan membangun ikatan dengan cara yang berbeda, ungkap Weiss. 

"Menurutku orang tertarik dan mengapresiasi fakta bahwa perangkat teknologi mereka bisa untuk berinteraksi," kata Weiss. "Ketika perangkat tersebut dijauhkan dari mereka, yang mereka inginkan adalah ikatan persahabatan dan hubungan mereka," tandas Weiss. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini