Sukses

Tati Winarto, Terlanjur Cinta dengan Tanaman Obat

Rasakan sendiri manfaat tanaman obat membuat Tati Winarto menekuni puluhan tanaman berkhasiat ini.

Liputan6.com, Bekasi Sekitar 20 tahun yang lalu, Tati Winarto (54) kebingungan kala sang suami Winarto mengalami sakit pinggang. Sudah berkali-kali berkunjung ke ahli medis tapi tak kunjung sembuh. Namun setelah mencoba mengonsumsi aneka tanaman obat problema suaminya hilang.

Tak cuma itu, saat mereka berdua hendak bepergian tur ke Eropa mendadak tubuh sang suami panas, kala ia mencoba menempelkan daun dadap serep ke seluruh tubuh suaminya, keesokan harinya suhu tubuhnya menurun. Hal inilah yang membuat Tati pindah hati dari menaman tanaman hias menjadi tanaman obat.

Satu per satu ia mulai menanam tanaman obat di tahun 1994 sambil memelajari apa kegunaannya. Terus menerus hingga jumlah tanaman obatnya sebanyak 80 jenis.

"Hobi saya ini lama kelamaan menyita waktu, hingga akhirnya mulai mengurangi sedikit demi sedikit jumlah murid les Bahasa Inggris saya," ungkap Tati yang pernah menempuh studi sastra Inggris di Singapura ini.

Tak cuma Tati, sang suami pun sama-sama mempunyai gelora yang sama terhadap perkembangan tanaman obat. Sampai-sampai mereka membeli tanah yang lebih luas untuk mengembangkan tanaman obat, dipilihlah kawasan Leuwilian, Bogor, Jawa Barat yang kini luasnya capai 2 hektar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Belajar dari Prof Hembing


Selain menanam tanaman obat, Tati pun ingin mencari tahu lebih dalam tentang manfaat dan kegunaan aneka tanaman obat dari sang pakar. Ia pun berguru langsung pada pakar herba Indonesia sekitar tahun 1994 pada alhamarhum H.M Hembing Wijayakusuma atau biasa disapa Prof Hembing.

"Dulu saya ikut seminar beliau dua kali selama seharian, banyak sekali informasi yang bisa saya dapatkan dan terapkan," ungkap Tati saat Health-Liputan6.com berkunjung rumahnya sekaligus pusat herba milik pasangan ini yang berada di kawasan Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi pada Selasa (10/3/2015).

Tak cuma lewat seminar, Tati pun mengembangkan pengetahuan lewat aneka buku Hembing. Berkat ketekunannya informasi akan manfaat dan keguaan puluhan bahkan mungkin ratusan tanamanan obat yang ada di Indonesia ia ketahui.

Ia pun tak melupakan bagaimana jasa neneknya dulu yang sering mengejarnya untuk minum jamu. "Baru beberapa puluh tahun kemudian saya tahu ternyata maksud nenek saya itu baik tho untuk kesehatan saya," terangnya sambil diiringi gelak tawa.
Dirikan Pusat Pengembangan Tanaman Obat

Ketekunan Tati dan suami dalam menanam serta memelajari aneka tanaman obat membuat rumah mereka kerap didatangi oleh rekan maupun tetangga untuk membeli tanaman obat yang memang sudah lama akrab dengan masyarakat Indonesia.

"Kami merasakan sendiri manfaat aneka tanaman obat, lalu kami pun memelajari satu per satu tanaman obat. Jadi kami memutuskan untuk membangun pusat pengembangan tanaman obat Karyasari," terang Tati.
Karyasari berdiri di tahun 1995 dimulai dari menjual aneka tanaman obat koleksi Tati, kemudian beralih ke tanaman obat yang kering hingga akhirnya dalam bentuk kapsul ekstrak dan kapsul serbuk.

"Dulu pernah ada pelanggan yang bertanya saa saya ikut pameran tanaman obat 'mengapa tidak dibuat dalam kapsul' sejak saat itulah kami membuatnya dalam bentuk kapsul," papar Tati.

Kapsul ekstrak maupun kapsul serbuk produksi Karyasari pun tak sembarangan. Sudah terdapat 41 nama kapsul produksi Karyasari yang sudah di mendapat izin dari Pengawas Obat dan makanan.

Tak hanya menanam tanaman obat maupun memproduksi dalam bentuk kapsul, mereka pun lakukan kelas pengobatan herba dan seminar herba.

3 dari 3 halaman

Rasakan Kejayaan Herba Tahun 2006


Karyasari sempat merasakan kejayaan herba di Indonesia di sekitar tahun 2006. Saat itu banyak sekali penggemar tanaman obat.

"Saat itu kami sangat kewalahan dalam memberikan pelatihan tentang tanaman obat, peminatnya banyak sekali," ujar Tati.

Kini, orang yang memercayai khasiat tanaman obat memang tidak sebanyak satu dekada silam namun bukan berarti pelanggan mereka hilang. "Sebagian besar pelanggan kami kini adalah pelanggan tetap dan biasanya keluarga. Jadi misalnya sang ayah pernah rasakan manfaat biasanya istri dan anak ikut mengobati dengan produk Karyasari,"ujarnya.

"Yang terpenting bagi kami, dapat membantu meringankan kesakitan orang itu sangat membuat kami bahagia," tandas Tati.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.