Sukses

Kemkes Dorong Swasembada Obat Lewat Saintifikasi Jamu

Kementerian Kesehatan terus mendorong swasembada obat melalui peningkatan peran B2P2TOOT untuk melakukan saintifkasi jamu

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan terus mendorong swasembada obat melalui peningkatan peran Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) untuk melakukan saintifikasi jamu atau pembuktian ilmiah melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

"Jamu itu warisan Indonesia bernilai tinggi, karena jamu itu sudah digunakan sebagai obat oleh masyarakat di masa lalu. Jika diketahui khasiatnya secara benar, ini bisa jadi obat dan kita bisa swasembada obat," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo saat berkunjung ke B2P2TOOT Tawangmangu, Jawa Tengah, ditulis Sabtu (21/2).

B2P2TOOT di Tawangmangu itu, katanya, sudah dapat dilihat dengan baik, mulai tanam, pemurnian benih, sampai proses pengolahan menjadi jamu. Kualitas dan khasiat jamu terus diupayakan meningkat dan dapat dilihat melalui balai tersebut, bahwa jamu dapat diproduksi secara besar.

Menurut dia, adanya Klinik Saintifikasi Jamu atau Hortus Medicus di Tawangmangu sebagai bentuk pelayanan pengobatan sekaligus membuktikan sisi ilmiah dari obat tradisional itu, yang dapat menjadi obat yang bermanfaat bagi Indonesia.

"Jika saya lihat sekarang B2P2TOOT ini sudah jauh berkembang, dan polikliniknya laku sekali. Artinya, minat masyarakat kepada jamu tinggi sekali," ujar Untung.

Dukungan politis pemerintah saat ini terhadap jamu juga sebagai hal yang baik, terlihat dari dukungan Kabinet Kerja yang secara rutin bergilir menggelar minum jamu bersama setiap Jumat.

Ia mengatakan obat tradisional Indonesia kembali menjadi bagian dalam kehidupan maasyarakat.

"Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM pun mendukung, bahkan di Kementerian Kesehatan selalu ada pojok jamu," ujar dia.

Peran pihak swasta, katanya, tentu juga diperlukan untuk memajukan jamu. B2P2TOOT akan terus mencari jamu-jamu baru yang berkhasiat sehingga pada akhirnya obat tradisional dapat diproduksi besar-besaran, dan pada tahap itu konsorsium dapat dibentuk dengan melibatkan BUMN.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan penelitian jamu memang berbeda dengan lainnya mengingat hal itu, sudah digunakan ratusan hingga ribuan tahun sebelumnya oleh masyarakat Indonesia.

"Kita ingin tahu juga bukti ilmiahnya. Tanaman obatnya apa, jamu apa saja yang dulu dipakai, isinya apa dan kenapa berkhasiat sembuhkan penyakit apa, ini peran balai penelitian," ujar dia.

Menurut dia, tidak banyak yang meneliti jamu, karena itu pentingnya meneruskan Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja).

Kementerian Kesehatan meneruskan Ristoja untuk 33 provinsi dan 280 etnik.

Ia mengatakan Ristoja 2015 melibatkan 25 universitas.

Untuk saintifikasi jamu pun, menurut dia, antre. Ada 16 jamu yang menunggu proses saintifkasi dan yang terbaru telah selesai melewati proses saintifikasi, yakni untuk penyakit osteoartritis, haemorroid (wasir), dan dispepsia (maag).

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini