Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Waspadai 4 Cairan Vagina Ini Saat Hamil

Perempuan yang hamil akan mengeluarkan cairan yang berlebih dari vaginanya. Ada beberapa tanda bahwa cairan itu harus diwaspadai.

Liputan6.com, New Delhi Perempuan yang hamil akan mengalami berbagai perubahan pada tubuhnya. Namun, pada bagian organ vital tak berubah. Bahkan, keputihan pada masa kehamilan umumnya berlebih.

Keputihan biasanya karena bakteri di dalam cairan itu membantu menjaga dari infeksi dan melindungi daerah sensitif dari gejala seperti gatal, bengkak, atau seperti terbakar. Keputihan selama kehamilan juga bisa memprediksi kesehatan calon ibu. Ada beberapa tanda keputihan yang sebaiknya diwaspadai seperti dilansir Health.India, Senin (5/1/2015):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1-2


1. Cairan putih bening dan tak berbau

Ini bisa terjadi selama kehamilan karena berbagai perubahan hormonal di dalam tubuh. Bahkan, cairan putih dan bebas bau itu menunjukkan bahwa daerah vagina cukup dilumasi. Ini untuk melindungi wanita dari kekeringan yang berlebihan yang bisa menyebabkan gatal yang menyakitkan serta sensasi terbakar.

Kapan wanita harus cemas? Apabila Anda melihat cairan bening berlebihan itu mengalir terus dari vagina. Kemungkinan itu cairan ketuban yang bocor atau urine. Pada kasus ini, ibu hamil harus mendatangi dokter karena cairan ketuban yang bocor atau urine yang keluar sebelum melahirkan menunjukkan kondisi darurat medis.

2. Cairan tipis putih kehijauan

Vagina menjadi rumah untuk bakteri baik yang menjaga area itu agar tetap aman dari alergi dan infeksi. Namun, selama kehamilan karena pergeseran sekresi hormon, bisa menyebabkan akumulasi bakteri yang berlebihan di daerah sensitif. Kelebihan ini bisa mengganggu keseimbangan bakteri baik dan bisa menimbulkan infeksi yang disebut vaginosis bakteri. Kondisi tersebut ditandai dengan cairan putih kehijauan yang disertai sakit saat buang air kecil dan gatal di sekitar vagina.

Kapan harus cemas? Kondisi ini biasanya akan menghilang sendiri. Apabila Anda dalam trimester pertama, dokter mungkin menunggu beberapa saat sebelum meresepkan antibiotik. Namun, menunda pengobatan untuk vaginosis bakteri bisa berakibat fatal seperti infeksi bisa melakukan perjalanan melalui jalan lahir dan mempengaruhi kesehatan janin, menyebabkan berat badan lahir rendah. Vaginosis bakteri yang berulang juga bisa menyebabkan infertilitas atau merusak tuba falopi pada wanita yang tidak hamil.

3 dari 3 halaman

3-4

3. Cairan putih kekuningan

Ini menjadi indikasi infeksi jamur pada vagina.  Seperti bakteri, jamur yang disebut Candida juga ada di vagina secara alami. Namun, karena peningkatan produksi estrogen dan progesteron dalam tubuh, daerah vagina menciptakan lingkungan yang nyaman bagi jamur untuk berkembang dan tumbuh, maka cairan kekuningan.

Selain itu, infeksi jamur juga bisa menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan pada vagina, rasa tidak nyaman selama berhubungan, kemerahan dan pembengkakan di sekitar labia dan sensasi terbakar saat buang air kecil.

Kapan harus cemas? Gejala infeksi jamur sangat umum terjadi pada orang dengan penyakit menular seksual. Jadi berhati-hatilah dengan gejalanya selama kehamilan ketika kekebalan rendah.

Jenis infeksi ini bisa ditularkan ke bayi selama persalinan, terutama jika Anda melahirkan normal.

4. Cairan berbusa berwarna hijau kekuningan dan berbau busuk

Ini cairan yang harus Anda khawatirkan. Cairan berbusa kuning kehijauan yang berbau busuk bisa disebabkan parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Ini ditularkan secara seksual dan biasanya tinggal di vagina.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), trikomoniasis sangat umum selama kehamilan dan juga bisa disembuhkan. Selain cairan berwarna kuning kehijauan, infeksi juga menyebabkan gatal, terbakar dan iritasi selama hubungan seksual.

Kapan harus cemas? Jangan menunda bantuan medis saat terinfeksi STD selama kehamilan. Bahkan, infeksi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi Anda dan menyebabkan komplikasi lain. Juga, ada kemungkinan yang cukup tinggi Anda menularkan infeksi pada bayi Anda selama persalinan. Jadi segera ditangani sebelum terlambat.

Untuk membatasi infeksi tersebut selama kehamilan, lakukan praktik seks aman dan menggunakan kondom setiap kali Anda berhubungan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini