Sukses

Parade Penelitian Kesehatan Digelar

Badan Litbang Kesehatan Kemenkes menyelenggarakan Parade Penelitian Kesehatan yang dilakukan selama 2014. Dari 174 penelitian,

Liputan6.com, Jakarta Penelitian kesehatan diperlukan untuk menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan baik di tingkat Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah. Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbang Kesehatan) Kementerian Kesehatan menyelenggarakan Parade Penelitian Kesehatan yang dilakukan selama 2014. Dari 174 penelitian, 6 diantaranya dipamerkan di Kantor Kementerian Kesehatan.

Seperti disampaikan Kepala Balitbangkes, Tjandra Yoga Aditama, bahwa beberapa hasil riset kesehatan yang dipamerkan seperti:

1. Hasil riset Studi Diet Total (SDT). Studi terdiri dari 2 sub kegiatan berupa Studi Kosumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Namun pada parade kali ini menampilkan SKMI. SKMI merupakan studi yang mensurvei kosumsi makanan individu sebagai gambaran wilayah nasional dan provinsi atas  makanan penduduk berupa asupan gizi terutama energi, protein, lemak, natrium yang mempresentasikan gambaran.

2. Hasil riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikus Vektora). Merupakan riset yang bertujuan untuk mendapatkan data dasar/peta penyebaran vektor dan  reservoir penyakit,   dalam rangka mendukung tata laksana program pengendalian penyakit menular khususnya zoonosis di Indonesia.

3. Hasil riset khusus budaya (etnografi kesehatan). Merupakan riset untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh aspek potensi budaya terkait dengan kesehatan dari setiap etnik di Indonesia. Sampai sekarang telah dilakukan 32 etnis dari 1.068 etnik di Indonesia. Dari setiap etnik akan diketahui dampak positif dan negatif terhadap kesehatan. Sehingga intervensinya adalah memperkuat yang positif dan menghilangkan yang negatif.

4. Perkembangan riset Kohort Tumbuh Kembang Anak dan Penyakit Tidak Menular (PTM). Riset ini akan mengikuti perkembangan dari kehamilan, anak sampai remaja. Namun saat ini yang dilakukan sampai usia 2 tahun. Sedangkan untuk Penyakit Tidak menular (PTM) diikuti dari usia 25 tahun sampai akhir kehidupan.

5. Kesiapan laboratorium Badan Litbang Kesehatan dalam menghadapi KLB, Wabah dan Pandemi. Merupakan gambaran  kesiapan laboratorium Badan Litbangkes dalam menghadapi KLB, wabah dan pandemi khususnya ‎new emerging diseases atau reemerging diseases.

6. Saintifikasi Jamu, merupakan riset yang membuktikan secara ilmiah manfaat jamu. Riset ini perlu dilanjutkan karena dari hasil riset tanaman  obat dan jamu tahap pertama  telah diindentifikasi 15.332 tanaman obat dan 1.889 spesies tanaman obat.
 
Selain Parade Penelitian Kesehatan, Tjandra bersama Menteri Kesehatan Nila Moeloek meluncurkan buku Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), yang di buat dari hasil analisa mendalam data Riskesda 2013 yang sampelnya meliputi 300.000 rumahtangga dan 1.027.763 anggota rumahtangga di 497 kabupaten/kota di 33 provinsi, mengumpulkan data status kesehatan dan berbagai indikator kesehatan, baik di tingkat rumah tangga maupun individu.

Riskesdas 2013 yang kaya akan informasi dan data kesehatan dan hasilnya dapat merepresentasikan kabupaten/kota, menghasilkan gambaran status dan keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu kabupaten/kota, sekaligus dapat melihat adanya disparitas pembangunan kesehatan antar kabupaten/kota. Keberhasilan pembangunan di suatu negara atau daerah ditentukan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)  atau Human Development Index (HDI), yaitu komposit dari tiga pilar utama pembangunan manusia, yaitu pendidikan, daya beli masyarakat dan umur harapan hidup (UHH).

"Umur harapan hidup yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dari sejak dilahirkan, dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Namun dalam operasional di lapangan belum ada arah intervensi yang jelas khususnya di bidang kesehatan untuk meningkatkan UHH, sehingga diperlukan penjabaran yang lebih rinci dari indikator kesehatan yang terkait dengan UHH. Untuk itu Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menyusun Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)," ungkap Tjandra.

Melalui beberapa pertemuan konsultasi dan diskusi dengan para pakar baik secara nasional maupun internasional dan para pengambil keputusan pada program kesehatan terkait, telah dirumuskan 30 variabel yang dianggap sensitif untuk menggambarkan status kesehatan di suatu wilayah, yaitu indikator yang menggambarkan kesehatan balita (7 indikator), kesehatan reproduksi (3 indikator), pelayanan kesehatan (5 indikator), perilaku (5 indikator), penyakit tidakmenular (6 indikator), penyakit menular (3 indikator), dan kesehatan lingkungan (2 indikator).

Masing-masing indeks ditetapkan, dan selanjutnya diperoleh 7 nilai indeks dari kelompok indikator, yang kemudian nilai akhir IPKM ditetapkan berdasarkan nilai rata-ratanya. Pembobotan dan perhitungan indikator mempertimbangkan aspek keterpaparan, dampak, urgensi dan kemudahan diatasi.

Perhitungan IPKM sedikit banyak mengacu pada perhitungan HDI. Nilai IPKM berkisar antara nol dan satu. Selanjutnya nilai IPKM yang diperoleh, diurutkan dari terendah sampai tertinggi untuk mendapatkan peringkat kabupaten/kota.

"Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) diharapkan dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam penyusunan prioritas pembangunan kesehatan, baik yang dilakukan oleh daerah maupun oleh pusat," tukasnya.

Disampaikan Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Parade Penelitian ini merupakan wujud akuntabilitas hasil riset kesehatan yang hasilnya bisa dijadikan sumber informasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan baik di tingkat Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini