Sukses

Klinik SP 12 Papua, Gratis dan Tak Perlu Antri

Klinik SP 12 Utikini tak pernah. Meski begitu selalu memberi layanan gratis dan tak perlu antri bila berobat ke sana

Liputan6.com, Jakarta Klinik SP 12 Utikini Baru tak pernah sepi dari kunjungan warga setempat. Bagaimana tidak, klinik yang terdapat di Kampung Utikini, Distrik Kuala Kencana, Timika, Papua selalu memberikan pelayanan gratis. Mulai dari pengobatan hingga pengambilan obat bagi pasien.

Bahkan sejumlah warga masih kesulitan dalam berobat jika sakit dan kadang massih dipersulit dengan menggunakan jaminan kesehatan nasional (JKN). Sejumlah klinik di wilayah Kabupaten Timika malahan memberikan pengobatan gratis sejak 1996.

Karina Waker (24) warga Blok IV, Kampung Utikini merasa tak pernah terbebani jika dia dan keluarganya sedang sakit. Dirinya mengaku hanya tinggal berjalan sekitar 50 meter dari tempat tinggalnya untuk menuju ke lokasi klinik itu.

Setiba di klinik, dirinya juga mengaku tak perlu mengantri dan bersusah payah untuk mendaftar jika ingin berobat.

"Setelah mendaftar, petugas klinik akan memanggil nama kita satu persatu dan untuk menunggu giliran masuk ke ruang pemeriksaan. Setelah diperiksa kami langsung diberikan resep obat dan obatnya pun gratis," paparnya, ketika ditemui didalam klinik itu, Senin (24/11/2014).

Seperti siang itu, dia sedang memeriksakan anaknya, Darcon Kogoya (2) yang sedang sakit demam. Dirinya merasa senang, sebab Darcon sudah diperiksa oleh dokter dan diberikan obat untuk kesembuhannya. "Saya senang berobat disini, semua gratis dan pelayanannya yang cepat," ungkapnya.

Berbeda dengan Resti, anak berumur 2,5 tahun itu harus dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika. Dia mengalami malaria dan perlu perawatan khusus. Dalam rujukan nanti,  Resti juga akan dijamin bebas biaya berobat dirumah sakit itu.

Koordinator Perawat Klinik SP 12 Utikini Baru, Ponseanus Since menuturkan kunjungan warga berobat setiap hari mencapai 100-an pasien. Rata-rata pasien yang datang berobat karena penyakit malaria, ISPA, diare dan penyakit kulit.

"Kunjungan warga paling tinggi terjadi pada setiap bulan Februari hingga Agustus. Kunjungan warga mulai berkurang sekitar November hingga Desember karena kebanyakan warga telah pulang kampung untuk merayakan Natal bersama dengan sanak keluarganya," ungkapnya.

Klinik yang buka sejak pukul 07.00 WIT hingga pukul 17.00 WIT. Klinik di Kampung Utikini melayani sekitar
10 kampung. Tidak hanya melayani warga untuk berobat, klinik ini juga memiliki tim edukasi kunjungan kesehatan dari rumah ke rumah.

"Tim house to house setiap hari melakukan kunjungan ke rumah warga. Selain memberikan pelajaran tentang cara hidup sehat kepada warga, tim ini juga melakukan tes pengambilan darah malaria pada setiap warga, sebab penyakit malaria   paling tinggi penderitanya," paparnya.

Setiap harinya satu orang dokter dan lima perawat selalu siap menerima masyarakat yang akan berobat. Klinik berukuran 15 x 20 meter tersebut sebelumnya sempat buka hingga 24 jam, tapi karena situasi yang tidak kondusif di lokasi itu, maka klinik yang bernaung di bawah Public Health Malaria Control (PHMC) PT Freeport Infonesia tersebut tak lagi buka 24 jam.

"Tetapi jika masyarakat menelepon dokter atau perawat 24 jam pasti akan kami layani," ujar Since.

Manager PHMC, Kerry Yarangga mengatakan saat ini ada 7 klinik gratis yang tersebar di Kabupaten Mimika atau disekitar pertambangan PT Freeport Indonesia. Ke-7 lokasi itu diantaranya terdapat di SP 9, Pomako,  SP 12, dan Kwamki.

"Klinik-klinik ini tersebar disekitar pemukiman rumah warga. Semua pelayanan dan pengobatan di klinik itu gratis, baik masyarakat Papua dan non Papua," jelasnya.

Sedangkan jika pasien rujukan yang berobat ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat juga diberikan pelayanan gratis, kecuali masyarakat pendatang.  (Katharina Janur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.