Sukses

Berkat Alat Ini, Tsink Bisa ke Luar Negeri Meski Gagal Jantung

Seorang pasien gagal jantung di Mount Elizabeth Hospital, Singapura telah merasakan manfaat Continous Flow Left Venticular Assist Device

Liputan6.com, Singapura Salah seorang pasien gagal jantung di Mount Elizabeth Hospital, Singapura telah merasakan manfaat dari teknologi Continous Flow Left Venticular Assist Device (CF-LVAD). Sebut saja Tsink. Di usia yang telah menginjak 76 tahun, Tsink berani dan bisa melakukan perjalanan jauh meski menggunakan alat CF-LAVD.

"Setelah berobat menggunakan CF-LVAD, dia merasa bahagia dan dapat menyetir seorang diri. Selain itu, dia juga melakukan travelling sebanyak dua kali dalam setahun. Terakhir ke India," kata Dr. Kenneth Ng, MBBS, MRCP, MMed di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

Tsink, jelas Kenneth, menderita jantung koroner pada usia 54 tahun sehingga harus menjalani operasi by pass pada 1991. Secara umum, setelah operasi, masalah jantung yang faktor risikonya antara lain karena penyakit diabetes militus (DM), hipertensi, kolesterol tinggi, berangsur-angsur ini tidak menjadi persoalan bagi Tsink.

Namun dalam rentang waktu 7 tahun, sejak 2006 hingga 2013, Tsink beberapa kali harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gagal jantung.

"Sempat dipasangi alat pacu jantung, tapi kondisinya tidak juga memuaskan. Akhirnya, saya anjurkan dia untuk melakukan CF-LVAD," kata Kenneth.

Kardiologis (ahli jantung) Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, ini menjelaskan, pada dasarnya pilihan terapi berteknologi tinggi bagi pasien gagal jantung. Ditujukan untuk pasien yang tidak memungkinkan lagi menjalani operasi atau karena ketertidaksediaan donor jantung untuk transplantasi. Alat ini sebenarnya merupakan pompa jantung implan yang ditanamkan ke dalam dada pasien.

Dalam Pre-ASM Cardio Symposium Mount Elizabeth Hospitals Annual Medical Seminar, di Conference Room Level 9 Mount Elizabeth Hospital Novena, Singapura, Jumat (24/10/2014), Kenneth mengatakan, CF-LAVD dapat memberi harapan baru bagi pasien gagal jantung. Dan satu penelitian dari Heartmate II menyebutkan hal yang sama.

"Angka harapan hidup bagi pasien juga semakin besar," kata Kenneth. "Contohnya Tsink, setelah dipasangin alat ini, dia dapat menyetir seorang diri," kata Kenneth menambahkan.

Namun, lanjut Kenneth, dalam praktiknya pasien akan mengalami sedikit kendala, di mana harus rutin mengganti perban, dan mengisi ulang baterai setiap malam. Meski begitu, ini bukanlah masalah besar dibanding manfaat yang dirasakan.

Sudah ada 60 pasien


Di rumah sakit yang telah terakreditasi oleh Joint Comission International, teknologi CF-LAVD telah diterapkan pada 60 pasien gagal jantung. Dengan biaya yang sedikit merogoh kocek, CF-LAVD direkomendasikan khusus bagi para penderita gagal jantung.

Sebab pasien dengan kondisi gagal jantung yang tidak diberikan terapi ini, 50 persen akan meninggal dunia dalam waktu dua tahun.

Kejadian gagal jantung pada usia lanjut cukup sering terjadi. Suatu kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung memompa darah secara maksimal ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Mulai dari penyakit jantung koroner, yaitu tersumbatnya pembuluh darah, tekanan darah tinggi, kerusakan katup jantung, kerusakan jantung atau kardiomiopati, infeksi jantung, dan gangguan irama jantung karena penyakit kronis seperti DM dan hipertiroid.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.