Sukses

Skizofrenia Tak Urungkan Niat Endang Jadi Dokter Gigi

Menderita skizofrenia bukan menjadi penghalang bagi dokter gigi Endang Kurniati.

Liputan6.com, Jakarta Menderita skizofrenia bukan menjadi penghalang bagi dokter gigi Endang Kurniati. Ketika itu-sekitar tahun 1977, Endang masih berusia 23 tahun. Ia merasa tiba-tiba tidak bisa berpikir dan merasa curiga kepada setiap orang yang mendekatinya.

"Saya nggak tahu penyebabnya, tiba-tiba hanya blank, curiga dan nggak bisa apa-apa. Saya nggak pernah trauma, keluarga baik-baik. Tapi tidur nggak bisa dan setiap orang yang mendekat, saya curiga aja," kata Endang saat ditemui wartawan di acara talkshow Pemberdayaan
Orang dengan Gangguan Jiwa di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (9/10/2014).

Mendapati dirinya aneh, ketika itu Endang dibawa ke dokter untuk melakukan pemeriksaan. Saat itu, Endang masih menyelesaikan studinya di tingkat 4. Setelah dokter memeriksa, ternyata Endang mengidap gangguan jiwa berat alias Skizofrenia.

"Saya menjadi pasien skizo sejak berumur 22 tahun. Sekarang usia saya 59 tahun. Berat juga perjuangan untuk menggapai cita-cita menjadi dokter gigi karena setiap 3 tahun, saya kolaps walaupun obat  dari dokter selalu saya minum tanpa henti," tuturnya.

Gara-gara itu, lanjut Endang, dirinya terpaksa 3 tahun cuti kuliah. Tapi ia tidak berdiam diri. Ia terus melakukan pengobatan sambil mengikuti kursus keterampilan.

"Diam itu nggak enak. Saat sakit, mereka bilang nggak usah dilanjutkan sekolahnya. Cari yg lain, nggak usah diterusin nggak apa-apa katanya. Tapi keinginan saya besar untuk sembuh dan melanjutkan sekolah sehingga mereka pada akhirnya mendukung," kata dokter yang pernah praktek di klinik bersama di Cinere tersebut.

Bagi Endang, meskipun dirinya merasa ada kekurangan, tapi ia senang melakukan profesinya itu dengan baik. Berinteraksi, berkomunikasi dengan pasien dan orang-orang sekitar membuat dirinya nyaman.

"Saya selalu diajak bersosialisasi bersama-sama. Saya senang bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien," katanya.

Sayangnya, tahun 2008, akibat terlalu banyak mengonsumsi obat skizofrenia, Endang terkena Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS) yang mengakibatkan rusaknya fungsi otot.

"Serangan puncak saya alami ketika menderita NMS, itu penyakit akibat terlalu lama pemakaian obat-obatan. 3 bulan tidak sadar, koma karena bikin kerusakan otot. Kebetulan otot kanan saya yang kena sehingga saya nggak bisa apa-apa. Dari 2008 itu, saya sudah tidak praktek lagi," jelasnya.

Hebatnya, meski cobaan terus dilalui Endang, ia tidak pernah menyerah melawan penyakitnya. Dia bahkan kini aktif menjadi pembicara dalam kampanye peduli skizofrenia. Dia berharap, keluarga atau masyarakat bisa lebih peduli pada pasien skizofrenia.

"Jangan ragu membantu penderita skizofrenia. Mereka juga bisa sembuh apalagi sekarang banyak obat yang bagus. Namun saya harap, pemerintah dapat membantu memberi obat yang bagus dengan biaya murah," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat, di mana orang yang mengalaminya menginterpretasikan realita secara abnormal.

    Skizofrenia