Sukses

Di Balik Suksesnya Atlet, Ada Pemijat Atlet Sugiat

Para atlet juga punya orang-orang di belakang layar yang mendukung perfoma mereka di ajang olahraga internasional seperti pemijat atlet.

Liputan6.com, Jakarta Jika pejabat pemerintah memiliki ajudan yang selalu menemani dan membantu pekerjaannya. Para atlet juga punya orang-orang di belakang layar yang mendukung perfoma mereka di ajang olahraga internasional seperti pemijat atlet.

Salah satu pemijat atlet yang berada dibalik kejuaraan bulu tangkis Indonesia di mata Internasional sejak tahun 80-an yaitu Sugiat Moeljo Soedarmo atau akrab disapa Sugiat. Bagi kita-orang awam, mungkin nama beliau hampir tidak pernah terdengar. Tapi di kalangan atlet dan pecinta olahraga, nama Sugiat telah populer mengingat ratusan masalah otot Tim Nasional bisa diatasi.

Menurut Sugiat, menjadi ahli pijat khusus atlet tidak bisa main-main lantaran dirinya melakukan pendidikan khusus yang pernah diselenggarakan Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga serta Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Sehingga permasalah cedera yang dihadapi atlet bisa ditangani dengan baik.

"Sport massage itu bukan untuk memanjakan tubuh tapi untuk mengembalikan fungsi otot apabila ada cedera setelah olahraga. Makanya beda ketika seseorang massage biasa dan sport massage," kata Sugiat.

Kepercayaan para atlet yang masih melekat pada Sugiat juga dimanfaatkannya dengan baik. Belum lama ini beliau mendirikan pusat pijat olahraga (Health & Sport Massage)-Giat Kurnia di kawasan Sunter, Jakarta. Ketika Liputan6.com menyambangi tempat terapi bapak dua orang anak ini, dia sedang menangani kasus cedera para atlet basket. Dan selang beberapa saat, antrean atlet lainnya datang dari cabang golf.

Kepiawaiannya memijat bukan cuma untuk membantu para atlet. Sebab menurutnya, saat ini masyarakat Indonesia sedang kegandrungan olahraga. Sayangnya, tren tersebut tidak diiringi dengan pengetahuan total mengenai tahapan olahraga yang benar. Itulah sebabnya, banyak olahragawan sering cedera.

"Atlet ataupun mereka yang suka olahraga itu cuma tahu tapi nggak ngerti apa itu streching yang benar dan warming up. Streching, jika dilakukan dengan benar dalam beberapa menit saja sudah bisa meregangkan otot kaku dan biasanya mengeluarkan keringat. Kemudian warming up seperti lari-lari kecil juga sering dianggap sepele," katanya.

Maka itu, kata Sugiat, jika ingin berolahraga penting untuk melakukan pemanasan dan pendinginan. Sebab risiko cedera akan lebih tinggi apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Motivasi Atlet

Motivasi atlet

Menekuni bidang pijat olahraga puluhan tahun, membuat Sugiat tak hanya memberikan sport massage buat Tim Nasional Indonesia. Saking dekatnya, ia sering diminta pelatih untuk mendengarkan curhatan dan beban yang mereka alami.

Ada satu cerita menarik ketika salah seorang atlet menjelang final justru merasa tidak mampu melawan tandingannya. Ia mengaku ingin mundur dari pertandingan lantaran lengan tangannya cedera. Bahkan untuk membuka bajunya saja ia tidak mampu. Ada kesedihan tersirat dari atlet tersebut namun Sugiat memotivasinya walaupun ia tahu kondisinya sangat parah.

"Sebelum bertanding final ketika itu, Rudy Hartono pernah bilang, saya sudah nggak bisa bertanding lagi. Tapi sinis saya bilang, kamu rela juara dunia direbut sama tim lawan? sepanjang saya memijatnya, saya terus motivasi dia. Dia bilang, nggak rela emas diambil negara lain. Saya bilang, urusan cedera, coba saya tangani dengan baik tapi dia harus bertanding dengan baik juga. Mungkin darisitu ia akhirnya bersemangat lagi dan menang," katanya.

Selain itu, masih banyak kisah lainnya. Ada juga pebulu tangkis Indonesia yang entah mengapa merasa tidak bisa bertanding. Ia tidak menceritakan masalahnya pada siapapun. Sampai akhirnya Sugiat didorong pelatih untuk berbicara dengannya.

"Ada atlet sebelum bertanding dia bengong, duduk di pojokan dengan menekuk lututnya. Nggak tahu apa yang dia pikirkan tapi dia kelihatan sedih. Nggak mau ditanya, cuma mau sendiri. Saya waktu itu cuma deketin dan mengambil perhatiannya dengan bertanya terus menerus hal tak penting," katanya.

"Saya bilang, ini kenapa warna merah putih yang suka dicoreng di muka nggak bisa hilang ya? awalnya dia nggak jawab. Saya terus tanya itu, dia akhirnya jawab nggak tahu. Setelah dia mulai cair, saya cuma menyemangatinya saya bilang, lawan kamu cedera tuh. Padahal saya bohong. Dia bilang, ah masa? iya, tadi saya lihat dia keluar toilet dan pegang lututnya. Mata dia langsung menatap saya dan mulai tersenyum. Saya bilang, makanya sana warming up jangan sedih lagi. Dia mulai semangat tuh. Tapi sayangnya saat dia mulai semangat, pelatih muncul dan bilang, kamu harus menang ya, Pimpinan KONI dan Kemenpora hadir jadi jangan malu-maluin. Yah, sayang, saya pikir dia jadi terbebani dan akhirnya malah kalah," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini