Sukses

Plus Minus Kartun Spongebob untuk Anak-anak

Pro kontra penghentian penayangan kartun Spongebob Squarepants di televisi hingga kini terus bergulir.

Liputan6.com, Jakarta Pro kontra penghentian penayangan kartun Spongebob Squarepants di televisi hingga kini terus bergulir. Pihak yang pro penghentian penyiaran menilai kartun ini penuh kekerasan. Di sisi lain, pihak yang tidak setuju menganggap masih banyak hal positif yang bisa didapat, misalnya membuat anak terpacu untuk kreatif.

Serial kartun Spongebob berisi kehidupan sehari-hari seorang manusia spons bernama Spongebob. Ia tinggal bersama teman-temannya di sebuah desa bawah laut bernama Bikini Bottom.

Kartun ini mencapai kesuksesan besar tak hanya di negeri asalnya, Amerika, tapi juga di Indonesia. Tapi kini serial kartun yang pertama kali tayang di Amerika Serikat pada tahun 1999 ini terancam tidak boleh tayang lagi. Karena Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menganggap kartun Spongebob sebagai kartun yang berbahaya.

Benarkah kartun Spongebob sama sekali tidak mendidik? Apakah tidak ada kelebihan sama sekali dari tayangan ini? Berikut plus minus kartun Spongebob dan sejenisnya dari pandangan KPI dan Arist Merdeka Sirait dari Komnas Perlindugan Anak (Komnas PA).

Seperti dilansir dari situs resminya (kpi.go.id), KPI menilai beberapa tayangan kartun seperti Spongebob Squarepants menampilkan tayangan yang bermuatan negatif, mengandung kekerasan fisik, adegan berbahaya, serta sikap dan sifat negatif.

Salah satu adegan yang menampilkan kekerasan fisik adalah saat Spongebob dan sahabatnya, Patrick, bertengkar lalu keduanya berkelahi di atas ring tinju.

Sedangkan tayangan yang bermuatan negatif diantaranya adalah ketika Spongebob memelorotkan celananya dan meledek teman-temannya.

"Kartun-kartun yang berasal dari luar negeri itu juga membawa budaya luar yang tidak selalu cocok dengan budaya kita, misalnya adegan berpelukan," tutur Arist dari Komnas PA ketika dihubungi Liputan6.com via telpon, Selasa (30/9/2014).

Meskipun demikian, kartun-kartun jenis ini juga memiliki beberapa hal yang baik bagi anak. Kartun Spongebob sendiri, menurut Arist, tetap memiliki nilai informatif, solidaritas dan interaksi sosial.

Misalnya, kartun Spongebob mengajarkan arti penting persahabatan, seperti persahabatan antara Spongebob dan Patrick.

Dengan adanya kelebihan dan kekurangan tersendiri ini, bukanlah penghentian sepenuhnya yang jadi solusi. "Harus adanya regulasi yang jelas dari pemerintah. Selama ini negara tidak memfilter tayangan. Bisa dilakukan dengan cara sensor, ataupun pengaturan jam tayang," tambah Arist.

"Selain itu, yang juga penting adalah adanya pendampingan dari keluarga," ujar Arist mengakhiri.

Dengan didampingi orangtua, anak yang menonton kartun seperti Spongebob bisa diberi pengertian jika ada adegan-adegan kekerasan. Sehingga anak tahu mana yang perlu dicontoh dan mana yang tidak. (Rio Apinino/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.