Sukses

Bayi Penderita Tumor Meningokel Ini Butuh Bantuan

Bayi berusia sembilan bulan ini menderita tumor meningokel. Orangtuanya miskin. Karena itu butuh bantuan untuk pengobatan

Liputan6.com, Jakarta Bayi dari keluarga miskin yang tinggal di Desa Kalukubula, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), tidak ceria seperti bayi sebayanya karena menderita tumor pada bagian kepala belakang.

Bayi berusia sembilan bulan ini menderita tumor meningokel atau pembengkakan kistis di belakang kepalanya. Tak heran bayi ini hanya bisa diam di atas gendongan orang tuanya dan sesekali menangis jika rasa sakit dari tumor itu datang.

Kedua orang tua balita bernama Agrel ini tidak bisa berbuat banyak, selain karena minimnya peralatan rumah sakit yang ada di Palu juga karena ketidakadaan biaya. Sehingga membuat Agrel tidak bisa berobat lanjut.

Penyakit tumor diderita Agrel sejak pertama lahir sembilan bulan silam. Awalnya benjolan di bagian belakang kepala Agler masih kecil. Namun benjolan itu membesar seiring dengan pertumbuhan Agrel.

"Semakin tumbuh besar Agrel, tumor di kepala belakangnya juga ikut tumbuh besar seperti sekarang ini," aku orang tua laki-laki Agrel, Afifudin, kepada Liputan6.com di Sigi, Sabtu (13/9/2014).

Pelabagai cara telah dilakukan kedua orang tua Agrel untuk mengobati Agrel, mulai dari melakukan pengobatan medis hingga pengobatan tradisional.

Bahkan orang tua Agrel sudah berulang kali membawa Agrel untuk berobat ke rumah sakit di Palu, namun tidak membuahkan hasil.

"Beberapa pihak rumah sakit yang pernah melihat Agrel menyarankan agar Agrel dirujuk untuk melakukan operasi di rumah sakit yang ada di Makassar atau Surabaya," terang Afifudin.

Mendengar saran itu, kedua orang tua Agrel tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan ekonomi, mereka saat ini hanya bisa pasrah melihat keadaan anaknya.

"Kami hanya bisa berharap agar pemerintah maupun seorang dermawan dapat membantu biaya pengobatan anak kami," imbuh Afifudin.

Diketahui, kedua orang tua Agrel hanya pekerja kecil. Di mana Afifudin (orang tua laki-laki) bekerja sebagai buruh reparasi kursi, sementara Luciana (orang tua perempuan) bekerja sebagai juru masak di tempat reparasi kursi tersebut.

Gaji yang mereka peroleh dari pekerjaan itu sebesar Rp 175 ribu. Itu pun baru bisa menerimanya setelah per satu stel kursi yang dikerjakan selesai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.