Sukses

Sulitnya Temukan Data Akurat Kasus Bunuh Diri

Beragam kendala menyebabkan sulit mendapatkan data akurat kasus bunuh diri di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Hingga kini, belum ada angka akurat dalam kasus bunuh diri di Indonesia. Selama ini data-data bunuh diri yang bermunculan jumlahnya tidak sama.

Menurut data World Health Organization, pada tahun 2012, estimasi angka bunuh diri di Indonesia mencapai 4,3 per 100.000 penduduk. Namun pada tahun yang sama, Mabes Polri mengeluarkan angka kematian akibat bunuh diri hanya 0,49 per 100.000 penduduk seperti dipaparkan pemerhati kesehatan jiwa dokter Albert Maramis, SpKJ dalam peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia di Jakarta (11/9/2014).

"Survei untuk menentukan prevalensi nasional belum ada di Indonesia," tutur Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI dokter Eka Viora, SpKJ.

Menurutnya selama ini, angka bunuh diri biasanya didapatkan dari kepolisian, forensik serta laporan lain.

Masih menurut dokter Eka, beragam hal memengaruhi sulitnya mendapatkan data akurat bunuh diri.  Ia mencontohkan pada saat berpraktek di Rumah Sakit umum ada 1 -2 orang yang dikonsulkan dari dokter penyakit ada intoksikasi dalam tubuh yang berasal dari obat nyamuk serta obat insektida dan obat-obatan lain. "Baru saat di psikiater diketahui bahwa ada upaya bunuh diri, namun data ini tak tercatat," terang dokter Eka.

Faktor stigma di masyarakat bahwa upaya bunuh diri itu berdosa turut mengaburkan angka bunuh diri yang ada di Indonesia.

"Fakta di lapangan adalah banyak orang yang berusaha menyembunyikan bahwa penyebab anggota keluarga orang tersebut adalah bunuh diri. Dengan berbagai alasan kompleks sampai ringan," tambah pemerhati kesehatan jiwa dokter Albert Maramis, SpKJ pada kesempatan yang sama.

Terakhir, menurut dokter Albert amburadulnya pengelolaan data di Indonesia makin menyulitkan mendapatkan data bunuh diri di negara ini.

Padahal data akurat tentang bunuh diri sangat diperlukan untuk melakukan upaya pencegahan tindakan ini. "Tak hanya dibutuhkan oleh sektor kesehatan juga oleh sektor lain seperti guru, tokoh agama, pengelola gedung tinggi," terang dokter Eka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.