Sukses

Jangan Anggap Remeh Curhat Orang Ingin Bunuh Diri

Saat orang ditengarai orang berisiko tinggi upaya bunuh diri, jika orang ini mulai menunjukkan curhat ingin bunuh diri, tak boleh diabaikan.

Liputan6.com, Jakarta Jika ada seorang teman, sanak atau tetangga yang bicara bunuh diri, waspadalah. Apalagi bila dia mulai menceritakan keinginannya. Jangan hakimi  serta abaikan sambil lalu curahan hati ini. Ini malah membuat orang yang ingin bunuh diri ini menutup diri yang menghambat orang ini mendapatkan pertolongan.

"Saat dia mulai berbicara tentang bunuh diri dan kematian. Kita tidak boleh menganggap remeh, jangan juga diabaikan, jangan hardik ia dengan mengatakan itu berdosa," terang pemerhati kesehatan jiwa Dokter Albert Maramis, SpKJ dalam disksusi Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia di Jakarta, ditulis Jumat (12/9/2014).

Curahan hati seseorang yang ingin bunuh diri dan ditanggapi dengan memarahi dan menghakimi bakal memberi dampak membahayakan. Upaya bunuh diri bisa terjadi. "Komentar demikian malah membuat komunikasi terputus. Orang yang ingin curhat jadi diam," tegas dokter Maramis.

Saat komunikasi terputus, orang ini akan cenderung menutup diri serta mengisolasi diri. Menutup apa yang ia rasakan adalah hal berbahaya.

"Penelitian menunjukkan bahwa isolasi sosial dapat meningkatkan risiko bunuh diri, dan sebaliknya hubungan dan ikatan sosial ikatan yang kuat melindungi seseorang pada upaya bunuh diri," tambah Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dokter Eka Viora SpKJ.

Oleh karena itu, Dokter Maramis menyarankan untuk mendengarkan sepenuh hati dan menawarkan bantuan. "Kita bantu orang ini sampai menemukan solusi. Jangan ditinggal, dibiarkan dan tak mau tahu," jelas dokter Maramis.

Menurut dokter Maramis  seseorang yang berisiko tinggi untuk melakukan upaya bunuh diri adalah orang dengan gangguan jiwa. Biasanya dialami oleh mereka yang depresi, mengalami gangguan bipolar serta skizofrenia.

"Orang dengan gangguan jiwa memang berisiko 10 kali lebih dari masyarakat pada umumnya. Orang normal risikonya 0,004 persen," ujar dokter Maramis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini