Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Sudah 19 Tahun Menikah Tapi jarang Bercinta, Kenapa Ya?

Seorang pria usia 49 tahun beristrikan perempuan usia 45 tahun curhat pada dokter. Mereka sudah menikah selama 19 tahun tapi jarang bercinta

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria usia 49 tahun beristrikan seorang perempuan usia 45 tahun curhat pada dokter. Mereka sudah menikah selama 19 tahun. Selama menikah, mereka jarang melakukan hubungan suami istri. Paling sering hanya pada bulan-bulan pertama pernikahan, itu pun sekitar 3-4 kali seminggu.

Sesudah itu kira-kira 1 kali seminggu. Meski begitu, mereka merasa bahagia. Istrinya pernah bertanya, "kok saya jarang minta hubungan karena dia dengar temannya melakukannya 3-4 kali seminggu, walaupun sudah seumur kami."

Pernah secara bergurau sang istri bertanya apakah si pria pernah tidur dengan wanita lain, sehingga jarang melakukan dengan istri? Dijawab si pria dengan jujur, tidak pernah. Mula-mula dia tidak percaya karena berpegang pada pengalaman temannya yang sering melakukan hubungan. Namun, sekarang dia percaya kalau si pria memang cukup dengan hubungan sekali seminggu, bahkan kadang-kadang lebih lama lagi.

Mengapa ada orang yang sering melakukan hubungan suami istri walaupun sudah lama menikah? Apakah si pria ini normal? Apakah dia termasuk laki-laki tidak perkasa? Apakah kemampuannya perlu ditingkatkan supaya bisa lebih sering berhubungan dengan istri? Bagaimana caranya? Adakah obat khusus atau makanan tertentu? Semua pertanyaan berkecamuk dan ditanyakan ke dokter pribadinya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banyak faktor

Ahli seksologi dan pakar andrologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali Prof. Wimpie Pangkahila Sp.And berpendapat, frekuensi hubungan seksual sangat ditentukan oleh dorongan seksual, rangsangan seksual yang diterima, pasangan seksual, dan pengalaman seksual.

Setiap faktor tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal. Sebagai contoh, dorongan seksual dipengaruhi oleh hormon testosteron, keadaan kesehatan tubuh, faktor psikis, dan juga pengalaman seksual sebelumnya. Kalau faktor tersebut mendukung, frekuensi hubungan seksual menjadi sering.

Sebaliknya, bila faktor tersebut tidak mendukung bahkan menghambat, frekuensi hubungan seksual menjadi jarang. Jadi, wajar kalau ada orang yang sering melakukan hubungan seksual, tetapi ada juga yang lebih jarang melakukannya. Bukan berarti yang jarang melakukan hubungan seksual tergolong tidak normal, dan yang sering tergolong normal.

Kalau si pria dan istri jarang melakukan hubungan seksual, kata Wimpie mungkin faktor tersebut memang tidak mendukung. Namun, frekuensi hubungan seksual sebenarnya bukan masalah, asal memang dikehendaki bersama oleh pasangan. Artinya, kalau si pria dan istri merasa puas dan bahagia dengan frekuensi hubungan seksual yang sekian itu, ya bukan masalah. Jadi, tidak perlu membandingkan dengan teman atau orang lain yang frekuensinya lebih sering.

3 dari 3 halaman

Yang penting cukup

Kecurigaan istri yang pernah muncul, ternyata hanya karena dia mendengar cerita teman yang melakukan hubungan seksual lebih sering. Padahal, faktor yang memengaruhi berbeda antara si pria dan istri dengan teman itu dan pasangannya. Syukurlah kalau istri sudah mengerti dengan benar. Si pria, kata Wimpie tidak perlu menggunakan obat atau apa pun untuk meningkatkan dorongan seksual. Yang penting, si pria dan istri merasa cukup dengan frekuensi hubungan seksual selama ini.

Lain halnya kalau terjadi kesenjangan dalam kehidupan seksual si pria dan istri yang berkaitan dengan frekuensi hubungan seksual karena perbedaan dorongan seksual.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini