Sukses

Mengenang 100 Tahun Pelopor Puskesmas & Asuransi, Dr Siwabessy

Bapak atom Indonesia ini banyak menyumbang tenaga dan pikiran untuk dunia kesehatan Indonesia, terutama dalam pemberantasan cacar

Liputan6.com, Jakarta Prof. Dr. Gerrit Agustinus Siwabessy merupakan Menteri Kesehatan Pertama dan terlama di Indonesia. Pada masa jabatannya, beliau banyak menyumbang program kesehatan mulai dari Keluarga Berencana (KB), Puskesmas, Askes, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), penanggulangan penyakit menular seperti malaria, TBC, cacingan, kolera, tifus, disentri, cacar, kanker dan pelopor asuransi.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengungkapkan ada dua hal yang paling dikaguminya dari Siwabessy. Pertama, Siwabessy pernah melaksanakan program pemberantasan cacar secara menyeluruh se-Indonesia yang waktu itu jumlah penderitanya mencapai 13.478 orang pada 1967. Dan pada 1968, meningkat menjadi 17.350.

"Pada 1969, Siwabessy melaksanakan  pembebasan cacar secara menyeluruh. Dan pada 1974, Indonesia dinyatakan WHO bebas cacar saat seluruh dunia belum mampu," kata Menkes saat hadir dalam acara penghargaan 100 tahun Siwabessy dan pemberian plakat Ksatria Bakti Husada pada keluarga yang diserahkan di Kantor Kementerian Kesehatan, ditulis Minggu (31/8/2014).

Kedua, latar belakang pendidikan beliau di Eropa membuat Siwabessy muda berpikir bagaimana membuat masyarakat mudah mendapatkan akses kesehatan. Ia pun mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)  yang pada gilirannya mulai dikembangkan di era pemerintahan Soeharto.

Tepatnya pada masa Pelita II, Siwabessy mulai menggencarkan puskesmas. Melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, jumlah Puskesmas yang dibangun berjumlah 2.040 unit, sehingga pada akhir Pelita II, jumlah Puskesmas menjadi 4.353 unit.

Saat itu, tiap kecamatan memiliki 1 puskesmas dengan jumlah dokter yang ditempatkan 2.500 orang. Dengan begitu, tingkat keterlayanan dokter puskesmas di Jawa dan Bali sekitar 50 persen, sedangkan di luar Jawa berada di kisaran 40 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pelopor asuransi

Pelopor asuransi di Indonesia

Ketelatenan Siwabessy dalam hal pembangunan kesehatan, membawanya ia untuk melanjutkan studi. Ketika itu, dr. Leimena, menteri kesehatan pada 1949) dan dr. Johanes merekomendasikan Siwabessy untuk studi di bidang radiologi. Ia pun mendapatkan beasiswa dari British Council, Universitas London.

Baru tiga bulan mengikuti studi, ia diangkat menjadi asisten bahkan diberi kepercayaan untuk memegang bangsal rumah sakit Hammersmith London. Disana, ia merasa masyarakat Inggris tidak pernah kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Seluruh pelayanan bahkan dijamin negara sehinhga tidak peduli orang miskin atau kaya, orang Inggris mendapatkan fasilitas kesehatan yang sama.

Belajar darisitu, Siwabessy mulai mempelajari sistem kesejahteraan di Inggris. Ide inilah yang ia kembangkan dengan Asuransi Kesehatan (Askes) yang kini berubah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

3 dari 3 halaman

Pernah jadi ahli atom

Pernah menjadi ahli atom

Kepiawaian Siwabessy di bidang radiologi juga membuat presiden Soekarno dan Soeharto sangat mengandalkannya. Ketika pemerintahan Soekarno misalnya, saat Amerika berhasil meledakkan bom hidrogen pertama di kepulauan Marshall,  Samudera Pasifik. Soekarno memerintahkan Siwabessy untuk memeriksa dampak radiasi bagi Indonesia.

Pada 1954, dibentuklah Panitia Penyelidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom yang diketuai langsung Siwabessy dan anggotanya dari elemen Angkatan Darat, Angkatan Udara, Badan Meteorologi Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan tim RSPAD Gatot Subroto.

Tahun 1962, Presiden Soekarno meresmikan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang dipimpin Siwabessy. Pada 1965 ia diangkat menjadi Menteri Badan Tenaga Atom Nasional. Atas jasanya membangum reaktor nuklir dan penelitian lainnya, beliau mendapat gelar Bapak Atom Indonesia dan menerima bintang Mahaputera III pada 1968.

Yang membanggakan, nama pria asal Maluku, 19 Agustus 1914 ini diabadikan pada reaktor nuklir terbesar se Asia Tenggara berkekuatan 30 MW, reaktor serba guna G.A Siwabessy di Serpong, Tangerang.

Selepas tugasnya menjadi Menteri Kesehatan pada dua pemerintahan, Siwabessy dimintai menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI yanh bertugas sebagai penasehat presiden. Kepercayaan ini ia jalani sejak 1978 sampai ia menutup mata di Jakarta, 11 November 1982.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.