Sukses

Enaknya Menikah dan Berkeluarga

Jangan buru-buru mencibir lembaga pernikahan. Sebelum mencibir dan bersikap skeptis, ada baiknya berpikir kembali soal ikatan pernikahan.

Liputan6.com, Jakarta Banyaknya kasus perceraian beberapa tahun terakhir ini membuat orang skeptis dengan lembaga pernikahan. Buat apa menikah kalau akhirnya bercerai? Anggapan ini harus segera ditepis karena nyatanya, menikah itu justru menyehatkan.

Jangan buru-buru mencibir lembaga pernikahan. Sebelum mencibir dan bersikap skeptis, ada baiknya berpikir kembali soal ikatan pernikahan. Nyatanya, pernikahan yang dibangun dan dibina dengan baik akan membuat Anda lebih sehat dan lebih bahagia.

Eits, pernyataan tersebut bukan omong kosong belaka. Hal itu setidaknya dikuatkan oleh sebuah studi di Australia. Australian Unity Wellbeing Index 2008, seperti dikutip GoodHealth, menunjukkan bahwa mereka yang menikah memiliki tingkat kesejahteraan paling tinggi.

Dalam studi disebutkan, indeks kesejahteraan pribadi orang yang sudah menikah adalah 77,3. Bandingkan dengan mereka yang tidak pernah menikah, indeksnya 71,5, sementara yang bercerai indeksnya hanya 68,3.

Selain soal indeks kesejahtera¬an yang terbilang tinggi, para ahli melihat hal lain dalam studi ini. Mereka yang berada di usia pertengahan dan tidak memiliki pasangan ternyata rentan dengan tingkat kesejahteraan yang rendah.

Menurut Anne Hollonds, chief executive dari Relationships Australia NSW, pernikahan, secara emosional dan simbolis, tetap berarti bagi banyak orang.

“Membangun kehidupan bersama, membentuk unit keluarga, dan merasa dimengerti oleh pasangan menjadi alasan kuat mengapa pernikahan baik untuk Anda,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Syarat pernikahan baik

Untuk mendapat pernikahan yang baik tentu saja diperlukan kerja sama dan penyesuaian di antara kedua belah pihak. Mereka pun diharapkan melakukan sesuatu guna mendapatkan pernikahan yang baik itu.

Kata Hollonds, tidak ada seorang pun bisa hidup dengan seseorang untuk waktu lama tanpa melakukan penyesuaian terhadap ekspektasi mereka dan belajar untuk kompromi atasnya. Jadi, jika Anda merasa bahwa yang diperoleh bersama adalah cukup baik dan Anda bisa menjalani kehidupan yang diinginkan bersama pasangan, berarti dapat dikatakan Anda bahagia.

Namun, bukan berarti mereka yang berbahagia memiliki hubungan yang sempurna. Masalahnya, mereka akan berusaha keras mengelola situasi di mana mereka berada, terutama dalam lingkungannya.

Kebahagiaan lain yang diperoleh pasangan menikah adalah soal hubungan seks. Mereka yang menikah lebih bahagia karena melakukan hubungan seks 30 persen lebih sering dibandingkan dengan yang tidak menikah. Dan mereka menikmati kehidupan seks yang lebih baik.

“Hubungan seks yang baik membutuhkan komunikasi. Hal ini bisa terjadi bila Anda benar-benar mengetahui keinginan dan gairah pasangan, serta merasa aman untuk mengeks¬plorasi dan belajar bersama. Selain itu, berhubungan seks menjadi cara pereda stres yang sangat baik,” papar Karen Morris, chief executive dari Interrelate Family Centres.

Sebenarnya menikah tidak melulu terkait soal seks. Ada hal lain yang juga membuat pasangan menikah lebih sehat.

“Pasangan menikah mengalami perasaan aman dan kebersamaan yang lebih besar. Rasa kesepian mereka juga lebih sedikit,” ujar Morris.

Di sisi lain, pasangan yang menikah melihat perkawinan sebagai sebuah peran untuk merawat dan mendukung satu sama lain secara emosional dan fisik. Mereka lebih cendering mendorong satu sama lain untuk hidup sehat dan tentu saja “memaksa” menemui dokter saat pasangan sakit.

Yang tak kalah penting, seringkali mereka juga berbagi minat dan hobi yang sama. Ini artinya, mereka menjaga pikiran dan tubuhnya tetap aktif. So, let’s get married.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.