Sukses

Ada yang Membahayakan dari Minum Susu pada Anak, Waspadalah

Susu, meski bagus untuk anak tetapi harus dijaga takarannya agar tidak membuat anak kegemukan

Liputan6.com, Jakarta Sejak dianggap sebagai salah satu penyakit oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masalah obesitas kini bukan lagi masalah pada dewasa tapi juga anak. Tidak main-main, data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2010 menunjukkan, 19, 6 persen anak di DKI Jakarta saja telah masuk dalam kategori kegemukan atau obesitas.

Sumber makanan yang menjadi perhatian penting untuk perhatikan terkait hal ini adalah susu. Cukup mengkhawatirkan, karena banyak anak sangat suka minum susu. Mungkin sudah banyak literatur yang menerangkan jumlah batasan makan pada anak. Tapi kalau susu, berapa takaran yang pas dikonsumsi untuk anak setiap hari?

Pakar gizi Dr. dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK mengatakan, porsi minum susu pada anak setiap hari maksimal 2 gelas. Jangan berlebihan. Kecuali pada anak yang kurus, batas minum susu dibolehkan 3 gelas per hari.

"Maksimal dua gelas. Jangan berlebihan. Saya minta semua orang yang mengurus anak termasuk suster, pembantunya untuk mengawasi konsumsi sisi pada anak agar anak tidak mengalami obesitas," katanya, seperti ditulis Kamis (10/7/2014).

"Saya punya pasien, umurnya 9 tahun. Berat 65 kilogram. Dia datang sama mamamya. Ya sudah, saya atur makannya, saya bilang, kontrol lagi ya seminggu. Target saya ketika itu, bisa menurunkan beratnya sampai setengah kilogram," ungkapnya.

Tapi apa yang terjadi. Seminggu kemudian, anak itu datang lagi bersama mama dan omanya. Dan bukannya turun beratnya malah bertambah.

"Ibunya dengan bangga cerita, kemarin anak saya makan sop kambing dok, habis satu mangkuk. Begitu katanya. Belum lagi, dengan membatasi makanan, omanya tidak tega dan di belakang si ibu, ia selalu memberikan makanan. Saya heran dan bilang, bu, kalau Anda tidak mendukung, anaknya bisa bertambah gemuk dan berisiko memiliki banyak penyakit," kata Samuel.

Samuel menambahkan, kebiasaan makan anak sangat dipengaruhi lingkungan. "Jika di rumah, anak diajarkan makan tidak benar, anak akan ikut. Sebaliknya, anak itu bagaimana kita orangtuanya. Kalau orangtuanya kompak, maka ia akan patuh untuk membatasi makannya."
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini