Sukses

Berat Badan Naik Turun Bikin Anda Mudah Sakit

Kondisi berat badan naik-turun ternyata lebih membahayakan dan berisiko lebih besar terhadap penyakit kardiovaskular

Liputan6.com, Jakarta Pernah tahu efek yoyo dalam diet? Ya, efek yoyo atau weight cycling merupakan suatu kondisi ketika penyandang obesitas seringkali mengalami penurunan dan peningkatan kembali berat badan. Kondisi ini ternyata lebih membahayakan dan berisiko lebih besar terhadap penyakit kardiovaskular dibanding penyandang obesitas yang berat badannya langsung turun dalam sekali program.

Tak hanya itu, dalam penelitian yang dilakukan pakar gizi Dr. dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK tersebut disebutkan, efek yoyo ini juga terbukti meningkatkan risiko inflamasi atau peradangan pada pembuluh darah dan stres oksidatif.

"Penurunan berat badan (BB) dengan cara diet dan olahraga merupakan strategi dasar dalam penanganan obesitas. Tapi penyandang obesitas seringkali mengalami penurunan dan peningkatan kembali BB yang dikenal sebagai weight cycling (WC). Kenapa saya milih weight cycling? karena banyak pasien saya yang datang, hari ini program, nanti turun 10-20 kilogram. Ketemu lagi 1-2 tahun beratnya sudah lebih dari 20 kilogram. Atas dasar itu, saya gali literatur dan mau buktikan apakah weight cycling lebih berbahaya," ungkap Samuel saat diwawancarai wartawan di acara pengukuhan program doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Selasa (8/7/2014).

Samuel menerangkan, manusia itu terdiri dari masa lemak dan masa bebas lemak. Di masa bebas lemak, ada air ada otot. Ini semua terangkum dalam berat badan. Inilah yang menjadi masalah, seringkali anggapan penurunan berat badan hanya fokus pada kilogram saja tanpa melihat dari sisi komposisi lemak dan otot. Disamping itu, jumlah air di dalam sel itu ternyata memengaruhi proses pembentukan protein untuk otot.

"Orang gemuk itu, selnya membesar. Waktu membesar, dia mengeluarkan zat yang merusak pembuluh darah. Yang dalam penelitian saya sebut penanda inflamasi. Dia ngikis pelan-pelan dinding pembuluh darah. Nah, ketika kita berhasil menurunkan berat badannya, zat itu menurun lebih sedikit. tapi nggak sebagus kalau dibandingkan penyandang obesitas yang belum pernah turun," jelasnya.

Satu hal lagi yang terbukti dalam penelitian ini yaitu F2-isoprostan yang merupakan gol standar untuk melihat radikal bebas di tubuh.

"Radikal bebas yang masuk ke tubuh, pelan-pelan merusak sel. Pembuluh darah dirusak. Itulah mengapa umur 40 tahun, muka banyak kerutan. Itu dirusak oleh radikal bebas. Tapi yang lebih membahayakan, adalah pengaruh radikal bebas pada penyakit kardiovaskular. Pembuluh darah rusak, kolesterol menempel, terjadilah penebalan dinding pembuluh darah. Makanya saya bilang risiko kardiovaskuler pada seseorang yang beratnya naik turun lebih besar," katanya.

"Anda gemuk, segera turunkan. Karena gemuk itu kalau tidak diturunkan berbahaya. Kalau sudah turun, harus dipertahankan. Tidak boleh naik lagi. Kalau naik lagi, segala risiko penyakit jadi timbul. Saya ibaratkan kalau ada seseorang dengan berat 90 kilogram dengan orang lainnya yang memiliki berat sama. Yang satu beratnya tetap, dan satunya turun beratnya sampai 70 kilogram. Tapi naik lagi jadi 90 kilogram. Kedua orang ini jika dibandingkan, akan lebih berisiko yang pernah turun beratnya. Risiko penyakitnya lebih parah," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.