Sukses

Waspadai Risiko Makan Tanpa Sadar Saat Tertidur di Malam Hari

Pernahkah Anda mendengar orang yang tengah terlelap tiba-tiba berjalan ke dapur, lalu menyantap segala jenis makanan tanpa ia sadari?

Liputan6.com, Jakarta Kita sering mendengar bahwa ada orang yang mampu berjalan saat tengah terlelap di malam hari. Kondisi ini biasa disebut dengan sleepwalking. Tapi, pernahkah Anda mendengar orang yang tengah terlelap tiba-tiba berjalan ke dapur, lalu menyantap segala jenis makanan tanpa ia sadari?

Kondisi seperti itu disebut dengan Sleep Related Eating Disorder (SRED). SRED merupakan istilah untuk menggambarkan seseorang yang terjaga di tengah malam untuk menyantap makanan di dapur, lalu kembali ke tempat tidur.  Dan orang yang mengalami kondisi ini, kerap tidak ingat ketika ditanyakan apa yang terjadi padanya di malam hari.

Dikutip dari situs Mayo Clinic pada Senin (7/7/2014), jika SRED terjadi cukup sering, maka orang tersebut berisiko mengalami kenaikan berat badan, mengembangkan diabetes militus tipe II, bangun tidur tidak dalam kondisi segar, dan selalu merasa kantuk dan lelah di siang hari.

Selain SRED, ada satu lagi gangguan yang berhubungan erat dengan makan saat dirinya terlelap di malam hari. Yaitu, Nocturnal Eating Syndrome (NES).

NES kebalikan dari SRED. Orang yang mengalami SRED tidak pernah sadar bahwa ia telah menyantap berbagai jenis makanan di malam hari. Sedangkan penderita gangguan NES, sadar betul telah makan di malam hari, dan biasanya tidak dapat tertidur lagi kecuali kalau dia makan lagi.

Gejala NES meliputi;

  1. Sedikit atau tidak ada nafsu untuk sarapan sama sekali
  2. Makan lebih banyak makanan setelah makanan malam daripada selama makan
  3. Makan lebih dari setelah asupan makanan sehari-hari setelah jam makan malam
  4. Pola seperti ini biasanya akan bertahan setidaknya selama dua bulan.


Dalam situs itu disebutkan bahwa SRED dan NES memang berbeda. Namun, gangguan itu secara tersirat sangatlah mirip karena berhubungan erat dengan tidur di malam hari dan makan. Perlu Anda ketahui bahwa kondisi ini dapat mengganggu asupan gizi ke dalam tubuh, menyebabkan rasa malu, berisiko depresi, dan mengalami kenaikan berat badan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Siapa yang berisiko?



Siapa yang berisiko?


Disebutkan bahwa pria dan wanita memiliki risiko untuk mengalami SRED. Hanya saja, wanita paling besar risikonya untuk mengalami kondisi tersebut. Dimulai ketika wanita berusia sekitar 20-an.

Kondisi ini sering terjadi pada orang yang memiliki restless legs syndrome (sindrom kaki gelisah atau gemetar) dan kondisi kesehatan terkait lainnya. Seperti, obstructive sleep apnea dan bisa jadi dari efek samping obat tidur seperti zolpidem (Ambien, Edluar, Zolpimist)

3 dari 3 halaman

Pengobatan



Pengobatan

Ada pun pengobatan yang akan didapatkan oleh pasien yang mengalami kondisi ini adalah sebagai berikut;

Perubahan lingkungan : Membuat daerah tidur lebih nyaman, dan area dapur lebih aman.

Obat : Dokter akan meresepkan obat untuk mengurangi timbulnya gangguan SRED dan gangguan makan dan tidur terkait lainnya.

Mendiagnosa dan mengobati gangguan tidur lainnya : Misalnya dokter akan mengobati sindrom kaki gelisah atau gemetar dan obstructive sleep apnea.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini