Sukses

Merasai Sistem Jaminan Kesehatan di Inggris

Liputan6.com, Jakarta Belum setahun, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah berlaku sejak 1 Januari 2014 terus disempurnakan. Belajar dari pengalaman negara lain, di Inggris jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah disebut juga National Health Service.

Jaminan kesehatan ini sepenuhnya didanai dan dikelola oleh pemerintah secara nasional. Namun sifat pengelolaannya sebagian dibiayai dari kontribusi wajib tenaga kerja (termasuk di sektor informal) dan pemberi kerja. Sedangkan penyaluran dananya melalui anggaran belanja negara yang sebagian besar bersumber dari pajak umum (tax-funded).

Di Inggris, segala bentuk pelayanan dikenai pajak yang tinggi. Sehingga meskipun tidak ada pembayaran premi, seperti di Indonesia. Tapi pajak yang dibebankan sangat tinggi. Meski demikian, NHS mencakup seluruh penduduk (universal coverage) termasuk orang asing yang sifatnya menetap lama (permanen).

Yang menarik, menurut sumber yang pernah tinggal di Inggris selama setahun, Winarti (32) menyebutkan, dalam rawat inap di Inggris, tidak ada kelas di rumah sakit karena pusat layanan kesehatan ada pada layanan kesehatan primer. Semua dilayani sama.

Lebih jelasnya, berikut poin-poin keunggulan dan kelemahan NHS dibandingkan JKN di Indonesia.

1. Tak ada antrean

Winarti mengatakan, selama di Inggris, untuk mendapatkan layanan kesehatan tidak ada antrean. Karena untuk melakukan janji dengan dokter, bisa dilakukan dengan telepon. Hal ini, baginya sangat berbeda jauh dibandingkan dengan pelayanan JKN.

"Antrean di RS Cipto Mangunkusumo bisa dari pukul 2 pagi. Saya pernah mengantar anak saya, harus antre 10 jam. Padahal kontrol di dokternya cuma 10 menit. Di Inggris, kita janji dengan telepon. Jadi nggak pakai antre dan nggak terlalu banyak surat rujukan ini itu," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/7/2014).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Semua Ditanggung

2. Semua penyakit ditanggung

Baik warga Inggris atau tamu (orang asing) yang sifatnya permanen yang sakit, semuanya ditanggung oleh NHS. Tak terkecuali penyakit kronis. Bahkan dalam kasus Winarti, semua warga diajak untuk melakukan hidup sehat karena ada penyuluhan rutin setiap bulan.

"JKN kan basicnya pengobatan. Kalau di Inggris, petugas kesehatan itu melakukan tindak pencegahan seperti datang ke apartemen dan mengajari kami banyak hal, seperti masak sehat seperti apa-misalnya berapa takaran gula dan garam. Kenapa nggak pakai gula-garam," ungkapnya.

Untuk rawat inap, katanya, semua masyarakat akan dilayani sama. Tidak ada kelas tertentu yang membedakan status seseorang.

3. Tidak bayar premi

Di Inggris, semua masyarakat tidak dibebankan pada premi jaminan kesehatan setiap bulan. Pemasukan NHS sepenuhnya dari pajak yang dibayarkan masyarakat. Beban pajak yang tinggi membuat masyarakat harus tepat waktu membayar. Jika terlambat, denda yang dibayarkan juga sangat tinggi.

"Pajaknya tinggi. Biaya kesehatan dibayar dari APBN. Pajak kan masuk APBN. Semua fasilitas pribadi apalagi pemerintah dikenai pajak. Seperti misalnya pajak menonton televisi, sekolah dan sebainya. Kalau terlambat sehari saja, bisa didenda 1.000 pounsterling atau sekitar Rp 20 juta," tukasnya.

Bila dibandingkan dengan sistem JKN, masyarakat diwajibkan membayar iuran sedikitnya Rp 25.500 untuk kelas III, Rp 42.500 untuk kelas II, dan Rp 59.500 untuk kelas I. Tapi di Indonesia, tidak ada aturan yang ketat yang detail untuk pajak. Karena pajak hanya dibebankan untuk orang yang memiliki penghasilan, kepemilikan produk atau tanah.

3 dari 3 halaman

Sampai Rumah

4. Pelayanan kesehatan sampai ke rumah

Semua pelayanan kesehatan yang tidak bisa diambil ke rumah sakit, akan diantar ke rumah. Petugas kesehatan akan melatih keluarga untuk memberikan obat. Bila perlu ambulance, kata Winarti, juga mudah. Tapi tak selesai sampai disitu, sampah obat, plastik juga akan diambil oleh petugas kesehatan.

5. Penguatan dokter keluarga

Winarti menjelaskan, di Inggris, setiap RW memiliki dokter keluarga yang bertanggung jawab atas kesehatan keluarga di wilayahnya. Bila penyakitnya serius, baru pasien dapat dirujuk ke Rumah Sakit.

6. Pelit obat

Tak seperti di Indonesia yang selalu memberikan obat bagi pasiennya yang sakit. Di Inggris, lanjut Winarti, pasien flu dan batuk akan langsung diminta pulang dan istirahat. Sedangkan untuk pemeriksaan lanjutan, pemberian obat juga sangat ketat. Untuk mendapatkan obat, seseorang harus biasanya perlu melakukan pemeriksaan lengkap.

Dalam sistem JKN, semua obat akan masuk ke dalam Formularium Nasional (Fornas). Di dalamnya, seluruh produsen obat akan bergabung untuk nantinya dipilih obat terbaik dan dikontrak oleh pemerintah.

Meski demikian, ada banyak kekhawatiran yang berkembang di masyarakat terkait pemberian obat di era JKN. Pasalnya, untuk menjaga efektivitas tarif paket rumah sakit (InaCBGs), hampir semua obat yang diberikan sifatnya generik. Hal inilah yang masih menjadi masalah mindset masyarakat yang menyebutkan bahwa obat generik tidak lebih baik kualitasnya dengan obat paten. Padahal, kualitasnya sama.

Winarti sendiri mengungkapkan, masalah obat generik bukan suatu hal yang darurat. Ia justru khawatir karena ada banyak obat palsu yang berkembang di masyarakat. Wanita yang ikut bersama suaminya di London ini mengatakan, beberapa kali menemui obat palsu di toko obat. Sedangkan di Inggris, semua obat termasuk obat yang dijual bebas (OTC) dijamin keasliannya. Dan masyarakat bisa mengadukannya ke pihak berwajib.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.