Sukses

Ekstasi, Penurun Stres yang Membahayakan

Di kelasnya, ekstasi sering disalahgunakan sehingga termasuk obat-obatan terlarang

Liputan6.com, Jakarta Ekstasi atau MDMA (methylene dioxy methamphetamine) merupakan obat terlarang yang populer. Di kelasnya, obat ini sering disalahgunakan sehingga termasuk obat-obatan terlarang. Padahal obat ini berperan dalam mengobati gangguan stres pascatrauma.

Pada 2010, Journal of Psychopharmacology menyebutkan, 80 persen penderita stres berat mampu bekerja kembali. Tapi perlu digarisbawahi, gangguan stres atau posttraumatic stress disorder (PTSD) yang dimaksud meliputi kecemasan berlebihan yang sifatnya traumatis. Dan untuk pengobatan, harus didampingi dokter dengan terapi.

Masalah lainnya, ternyata tak semudah itu, karena sifat ekstasi yang menyenangkan membuat penggunanya ketagihan dan ketergantungan.

WebMD, Selasa (24/5/2014) melaporkan, sebuah penelitian pada 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Addiction menyebutkan bahwa ekstasi menyebabkan masalah ingatan. Dalam studi tersebut ditemukan, penggunaan obat hingga 10 tablet sehari dapat menyebabkan pikun
seketika, atau kerusakan area hippocampus.

Direktur Penyelahgunaan Obat di Rumah Sakit Hillside Zucker di Glen Oaks, NY, Bruce Goldman mengatakan, masalah yang buruk bila seseorang mengonsumsi pil ekstasi adalah keinginan untuk mengonsumsi zat lain termasuk alkohol dan kokain. Sehingga dalam skenario ini, ekstasi menempatkan seseorang untuk berada pada risiko seks bebas yang menyebabkan penularan penyakit menular seksual.

Harris Stratyner, PhD, setuju. Dia adalah wakil presiden dari New York Daerah Layanan Klinis di Caron Treatment Center di New York City. Dia telah melihat bagaimana obat ini dapat menghancurkan kehidupan.

"Ekstasi merupakan obat halusinogen yang sangat berbahaya dan kami tahu bahwa selama bertahun-tahun," katanya. "Bahkan hanya akan rave dan mengambil satu pil ekstasi menempatkan Anda pada risiko untuk menjadi terlalu panas." Overheating yang parah dapat merusak organ-organ vital atau menyebabkan kematian.

"Menggunakan sesedikit 10 pil ekstasi per tahun dapat memiliki efek merusak pada memori jangka pendek dan bahkan mungkin memiliki efek lebih besar pada semua fungsi kognitif," katanya.

Melihat ekstasi sebagai obat berbahaya, Wakil Presiden untuk New York Clinical Regional Services- Caron Treatment Centers di New York mengatakan, ekstasi merupakan obat halusinogen yang sangat berbahaya selama bertahun-tahun. Konsumsi berlebihan dapat merusak organ vital dan kematian.

"Menggunakan 10 pil ekstasi per tahun dapat berefek pada kerusakan memori jangka pendek dan semua fungsi kognitif," katanya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.