Sukses

Sepertiga Kasus Aborsi Dilakukan Siswi SMA

Data BKKBN menunjukkan bahwa dari 2,4 juta aborsi pada tahun 2012, dilakukan remaja usia pra nikah atau tahap SMP dan SMA.

Liputan6.com, Jakarta Pro dan kontra mengenai pentingnya pendidikan seks bagi remaja terus didengungkan. Apalagi, berbagai kasus kekerasan seksual pada anak dan remaja terus meningkat. Data Komisi Nasional Anak mencatat, jumlah pengaduan kekerasan anak meningkat 60 persen dari 2012-2013.

Secara spesifik, 58 persen diantaranya adalah kekerasan seksual. Tak hanya itu, pergaulan bebas di kalangan remaja masih terjadi dan ujung-ujungnya remaja nekat melakukan aborsi.

Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa dari 2,4 juta aborsi pada tahun 2012, dilakukan remaja usia pra nikah atau tahap SMP dan SMA.
 
Lantas perlukah pendidikan seks bagi remaja? Sebuah LSM Rutgers WPF yang bergerak dalam bidang pendidikan kesehatan reproduksi, seksualitas dan hak asasi manusia mengembangkan modul pendidikan seks untuk anak TK sampai SMA serta untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).

Khusus untuk SMA, programnya dinamai DAKU (Dunia Remajaku Seru). Modul pendidikannya terdiri dari 15 pokok bahasan seperti perubahan emosi, perubahan bentuk tubuh, perjuangan hak, seksualitas dan cinta, kehamilan, penyakit menular seksual hingga masa depan dan impian remaja.

Kepala pusat studi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Rita Damayanti yang ditemui dalam diskusi bertajuk `Saatnya Pendidikan Seksualitas Komperhensif untuk Masa Depan` di Hotel Orio, Jumat (13/6/2014) mengungkapkan pentingnya pendidikan seksual bagi remaja seperti yang diajari dalam modul DAKU. Khususnya di Papua, program ini efektif mencegah perilaku seksual remaja mengingat jumlah penderita HIV di daerah ini tertinggi di Indonesia.

"Berdasarkan penelitian kami, manfaat pendidikan seks di Papua yang belajar modul DAKU membuat siswa dapat melindungi diri dari pergaulan, kemudian pacaran jadi tidak vulgar dan pengetahuan apa yang boleh dan tidak juga meningkat," katanya

Meski begitu, Rita tidak menampik kesuksesan pendidikan seksual akan sulit 100 persen karena butuh dorongan dari berbagai pihak khususnya pemerintah dan orangtua murid.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini