Sukses

Pakai Obat Suntik Disfungsi Ereksi, Pria Tua Tegang 8 Jam

Seorang pria paruh mendatangi Klinik Kesehatan Seksual untuk mengatasi disfungsi ereksi. Tapi, obat injeksi itu membuatnya tersiksa.

Liputan6.com, Jakarta Usia tua tak menghalangi pria untuk aktif secara seksual. Itulah yang dialami seorang pria yang mendatangi Klinik Kesehatan Seksual di Bloomington, Minnesota, Amerika Serikat untuk mengatasi disfungsi ereksi. Tapi, obat injeksi yang diberikan membuat pria yang tak disebutkan identitasnya itu mengalami ereksi terus menerus dalam 8 jam.

Pria tersebut sudah mencoba berbagai cara untuk menghentikan ereksinya seperti mandi air panas dan dingin. Tapi tidak membantu. Menurutnya, kondisi tersebut membuatnya merasakan sakit dua kali lipat. Ia akhirnya pergi ke ruang gawat darurat.

Menurut Dr Karl Kemberling, seorang urolog Twin Cities, pasien itu melakukan pengobatan jangka panjang untuk disfungsi ereksi di Klinik Pria Minneapolis tapi saat ia membutuhkan bantuan tak ada yang bersedia membantunya.

Insiden yang dialami pria tersebut, lanjut Kemberling, membuat rekan-rekannya di Urology Associaes di Edina mengajukan keluhan ke Kejaksaan Minnesota. Para urolog mengatakan, beberapa pasien mengalami kasus serupa.

"Kami mempertimbangkan kelalaian perawatan medis atau pasien ditinggalkan," tulis Kemberling seperti dilansir Startribune, Rabu (4/6/2014).

Keluhan asosiasi urolog ini didasarkan pada meningkatnya jumlah orang tua yang mencari pilihan medis agar tetap aktif secara seksual. Dalam survei di New England Journal, sebesar 14 persen pria berusia 57 tahun dan lebih tua mencoba pengobatan atau suplemen untuk meningkatkan kinerja seksual.

"Orang-orang ... biasanya sangat malu dengan kondisi disfungsi ereksi..Mereka akan melakukan apa saja untuk menyelesaikan masalah ini," kata Kemberling.

Menurut petugas di klinik, pria itu mereka menyuntikkan obat yang umum digunakan dan direkomendasikan American Urological Association sebagai pengobatan terbaik disfungsi seksual non-operasi.

Pasien paruh baya itu akhirnya mencari pengobatan di Ridgeview Medical Center, Waconia. Dokter di ruang gawat darurat menghubungi Kemberling untuk meminta nasihat dan menggunakan jarum untuk mengalirkan darah beku di penis pria tersebut. Kondisi ini dikenal dengan priapismus, yang mengakibatkan impotensi jangka panjang serta komplikasi lainnya.

Pasien lainnya yang pernah mengalami hal serupa adalah mantan ahli bedah berusia 63 tahun. Ia berupaya mencari pengobatan di Klinik Bloomington.

Saat itu ia mencoba pengobatan suntik selama dua tahun dengan harga US$ 2.800. Ketika ia bertanya apa ada paket yang lebih kecil, pihak penjual hanya mendesah. "Pengobatan ini menyiksa," katanya.

Pria itu mengatakan, ia mencoba lagi dengan dosis rendah tapi berakhir di ER. Dan pada percobaan ketiga kalinya pada dosis yang lebih rendah juga berakhir di klinik pria.

Thumas Lund, Direktur Medis untuk Klinik Bloomington mengatakan, sebenarnya ada staf medis yang siap dipanggil 24 jam.

Lund mengatakan, klinik pria yang buka sejak April 2013 itu menawarkan obat berdasarkan preferensi pasien hingga satu tahun dan hanya setelah tes untuk menentukan efektivitasnya.

"Apabila obat tak bekerja, kami tak mengenakan biaya untuk kunjungan pasien, juga kami tidak menawarkan resep perawatan pada obat yang tak bekerja," kata Lund.

Obat-obatan yang disuntik termasuk papaverine, phentolamine, dan alprostadil yang bisa dicampur dengan kekuatan berbeda dan disuntikkan dengan jarum kecil ke sisi penis.

Obat ini umumnya digunakan urolog sebelum munculnya viagra pada 1998. Lund mengatakan, kliniknya bekerja sama dengan pasien untuk menyesuaikan dosis obat dan menghindari priapismus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini