Sukses

Jumlah Pengguna Narkoba Meningkat Tajam, Apa Sebabnya?

Jumlah pengguna narkoba di Indonesia terus saja meningkat dalam waktu 100 tahun sejak 1914. Kenaikannya pun cukup fantastis.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah pengguna narkoba di Indonesia terus saja meningkat dalam waktu 100 tahun sejak 1914. Apabila pada tahun tersebut jumlahnya sebesar 660 ribu jiwa, saat ini jumlah pengguna mencapai 4 juta jiwa. Lantas apa penyebabnya?

"Kondisi terakhir sejak tahun 1914, prevalensinya tidak pernah turun justru naik terus. Dulu itu 660 ribu atau hitungannya 1 dari 5 orang adalah pengguna narkoba ilegal," kata Kepala Badan Narkotika Nasional, Anang Iskandar, dalam acara Talk Show Interaktif `Bersama Kita Selamatkan Pengguna Narkoba` di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Selasa (3/6/2014).

Sewaktu masih dipimpin oleh Belanda, pemerintah tidak terlalu memusingkan adanya pengguna narkoba ilegal di kalangan masyarakat karena itu didasarkan politik, biar masyarakatnya tidak menuntut untuk merdeka. "Kalau sekarang, justru menjadi beban pemerintah dan tenaga kesehatan yang ada," kata Anang menambahkan.

Jumlah pengguna narkoba ilegal yang meningkat, kata Anang, disebabkan oleh pengguna itu yang justru dimasukkan ke dalam penjara, bukan direhabilitasi untuk disembuhkan. Di penjara pun para pengguna masih bisa menikmati barang haram itu dan semakin susah untuk melepaskan diri dari belenggu hitam yang menyesatkan.

"Paradigma selama ini orang yang menggunakan narkoba harus dipenjara. Padahal, sesuatu yang sifatnya adiksi harus disembuhkan. Apalagi, orang yang kena narkoba itu adalah orang sakit yang harus disembuhkan," kata Anang menerangkan.

Dari segi kesehatan, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prof Dr dr Akmal Taher, Sp.U(K) membenarkan bahwa orang yang terkena narkoba adalah orang yang sakit dan hanya dapat disembuhkan dengan cara rehabilitasi, bukan justru dimasukkan ke dalam jeruji besi.

"Seseorang yang kondisi fisik dan mentalnya tidak bisa lepas dari sesuatu adalah orang yang sakit. Dari segi definisi sendiri saja, sehat itu mencakup fisik, mental, dan emosional. Kalau salah satu ada yang tidak baik, maka itu dikatakan sakit," kata Akmal menerangkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.